T W E L V E

29 5 12
                                    

"Assalamualai--KUUUUM!!!"

Adara terlonjak kaget ketika Supra tiba-tiba muncul di hadapannya. Ia pun menatap kesal pada Supra seraya mengusap-usap dadanya.

"Apaan, sih, Bang?! Ngagetin tau!"

"Waalaikumsalam," Supra menatap datar pada adiknya, "buruan siap-siap, kita ke rumah Lea."

Adara menjadi menyeringai dan melupakan kekesalannya pada Supra, "Ah, tumben! 'Kok, ngajak adek, sih?"

"I-ini Mama yang ngajak, tau!!"

Supra menghela napasnya, lalu ia menarik adiknya untuk masuk.

"Buruan, lewat kamar abang gak usah lihat dalem."

"Lah, kenapa?"

"Nanti telinga abang pekak."

.
.
.

Adara mengernyitkan dahinya ketika melewati kamar Supra. Dari dalam, terdengar ada suara orang yang sedang mendumel ditambah dengan suara game yang terdengar cukup nyaring.

Bukan Adara namanya jika ia tidak penasaran. Namun, semakin ia mendekati kamar Supra, semakin tidak enak pulalah perasannya.

Pada akhirnya, gadis itupun mengetuk pintu kamar Supra dengan hati-hati. Tetapi, suara yang ada di dalam tak kunjung hilang. Karena ia semakin merasa penasaran, akhirnya dia membuka pintu itu.

"Lho, Bang Gentar?!?"

Orang yang berada di dalam kamar Supra ternyata adalah Gentar. Salah satu teman Supra yang rumahnya hanya berbeda satu kompleks dari sini.

"Eh, Neng Dara. Nyari A'a, Neng?" goda Gentar. Gentar memang seperti itu, dan anehnya, Adara bisa tahan dengan sifatnya.

Tapi tidak kalau berhadapan langsung dengan Blaze ataupun Taufan.

"Abang ngapain di sini?" Adara berkacak pinggang, lalu menatap sekeliling kamar Supra.

"Berantakan gini kamar Bang Supra jadinya, 'kan!"

"Alah, Abang jarang main ke sini, lho. 'Kok, digalakin, sih?" Gentar menunjukkan wajah memelasnya.

Adara menjadi jijik, lalu mengambil bantal di ranjang Supra dan melemparnya pada Gentar.

"Jijik, Bang!"

"Idih! Kalo si Galak yang begitu malah gemes-gemes!"

"Ya, karena dia beda sama Abang!"

"Ah, udah, ah!" Gentar menarik tangan Adara untuk duduk di hadapannya. Lalu ia mengurung Adara di dalam pelukannya, sementara ia sibuk bermain PS.

"Bang, Dara mau pergi, ih!"

"Udah, diem, biasanya mau diginiin, temenin Abang main."

Adara menghela napas, "Dara udah gede, Bang!"

"Apanya udah gede? Masih bocil begini!" Gentar menepuk kepala Adara menggunakan sebelah tangan.

"Ah, sakit, Bang!"

"Udah, diem." Gentar kembali fokus pada game-nya. Adara hanya memperhatikan meski ia tidak mengerti.

"Dar, Abang mau curhat."

"Katanya Dara masih bocil, ngapain curhat ke Dara?!" sewot Adara.

"Dengerin aja, sih!" balas Gentar tak kalah sewotnya.

Gentar pun menarik napas, lalu menghembusnya secara perlahan, "Abang, 'kan, lagi naksir sama cewek."

"Lah? Dara kira, udah gak suka cewek."

EnchantedWhere stories live. Discover now