S E V E N T E E N

27 5 2
                                    

"Kenapa gak Gempa aja, Bu? 'Kan, Gempa pinter di sejarah. Dia juga masuk tiga besar, 'kan?"

"Dia ikut lomba masak, dia sekelompok sama Yaya dan Shielda, 'kan?"

Adara menghela napasnya mendengar sekian banyak alasan dari Bu Ispi. Kali ini, ia diajak Bu Ispi memilih murid bersama untuk mengikuti OSN IPS. Ya, mereka kekurangan satu anggota.

Sejak awal, Adara sudah diputuskan untuk memegang perwakilan matematika. Berbeda dengan Solar yang boleh memilih antara IPA dan IPS.

Hal ini dikarenakan nilai matematika Adara yang sejauh ini tidak ada yang menandinginya. Adara selalu mendapat nilai sempurna untuk pelajaran menghitung yang satu ini.

Dan sebenarnya, Solar tidak boleh memilih lagi. Tapi, Pak Gege sedang berbaik hati dan membiarkan Solar untuk memilih antara dua pelajaran yang tersisa, namun pada akhirnya, laki-laki itu tetap memilih IPA. Ya, mata pelajaran kesukaannya sendiri.

"Terus, Ibu mau siapa lagi? Udah empat belas yang Ibu tolak dari saran saya, lho." Adara sudah benar-benar pasrah. Pendapatnya sedari tadi tidak diterima oleh Bu Ispi.

"Ya, kamu gak mau nawarin temen-temen kamu?"

"Ibu mau saya tawarin Ying?"

"Nggak, deh. Makasih."

"Elvara?"

"Dia lagi. Pas pelajaran saya aja sering ketiduran."

"Ya, terus.. Ibu maunya siapa?"

"Kamu gak ada temen lagi emangnya?"

"Ya Allah, Bu. Agak sakit, lho, dengernya."

"Baperan, deh, kamu."

Adara tersenyum lembut--dibaca tertekan--, meski begitu, ia mengumpat dalam hati.

Kalo bukan guru, udh bertumbuk kita.

"Ibu pilih anak baru aja, deh."

"Anak baru?" beo Adara.

"Kamu gak tau? Ih, jahat banget kamu, ya. Kamu itu harus peduli sama lingkungan kamu, pantes aja teman kamu sedikit, lain kali berbaurlah sama orang, sama teman seangkatan kamu, gitu aja gak mau."

"Ya, 'kan, saya gak tau ada anak baru, Bu! Di kelas saya gak ada anak baru, gak ada pengumuman, gak ada yang ngasih tau juga!"

"Makanya kamu cari tau sendiri!"

"Ya, kali, Bu!!"

Adara menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya pelan.

"Siapa namanya, Bu?"

"Aura, Kira Aurora."

"Marga?"

"Dia anak angkat dari keluarga Frassinco."

"Anak angkat?"

Bu Ispi mengangguk seraya memberikan ponselnya, terdapat sebuah gadis dengan rambut coklat di sana.

Kening Adara mengkerut, "Dia dari keluarga level bawah, ya?"

"Iya. Kamu jangan rundung dia, dia udah sering dirundung sejak awal pindah."

"Sejak kapan saya suka nge-bully orang, Bu?!" protes Adara.

"Siapa tau aja? Dia, 'kan, beda level sama kamu." Bu Ispi mengedikkan bahunya acuh, "dia anak kelas 8C, sekelas sama Abang kamu."

"Tapi Bang Ice gak ngasih tau."

"Makanya kamu itu--"

"Udah, Bu. Saya cari anaknya, ya, saya mau kenalan sama dia, saya mau pahami diri dia gimana, dan bakal saya temenin sampe ajal saya menjemput. Ibu tenang aja, saya akan bersosialisasi." Adara segera berjalan untuk keluar dari ruangan ini, "Saya permisi, Bu. Assalamualaikum!"

EnchantedWhere stories live. Discover now