T H R E E

35 6 31
                                    

Adara mengerjakan soal-soal di papan tulis sembari menggerutu dan sesekali meremas penanya atau memukul meja dengan pelan. Ketiga temannya bahkan sudah pasrah untuk menanyakan apa yang terjadi karena gadis itu selalu mengabaikan pertanyaan mereka.

"Lo kenapa, sih, Adara-ku sayaaaang, yang baik, yang cantik, yang imut, yang pintaaaar?" tanya Dannia, teman sebangku Adara, dengan nada lembut yang dipaksakan.

Adara menghela napas panjang, kemudian menoleh pada Dannia, "Gue kesaaaaaaal!"

Ying menatap datar pada Adara, lalu menoyor kepalanya karena kesal.

"Dasar lo, ya! Harus dipuji dulu, apa?! Capek gue daritadi manggilin lo!"

Adara meringis sembari mengusap kepalanya, "Jangan bikin makin kesal, deh!"

"Lo yang bikin kesal!"

"Udah, udah," lerai Yaya, "mending kita ganti baju, bentar lagi bel istirahat selesai." usulnya sambil menunjuk pada jam dinding yang ada di belakang kelas.

Dannia mengangguk setuju sembari memeluk seragam olahraganya, "Gue dengar, kelas kita bakal digabung sama kelas A."

"Kenapa?"

"Pas jam pertama, Pak Tarung datang terlambat karena anaknya sakit, jam-nya diganti, deh, sama Pak Coconut."

"Pak Nut, Dan." koreksi Yaya.

"Nah, eta."

"Itu doang, toh?" Dannia mengangguk untuk menjawab pertanyaan Adara, Adara pun ber-oh ria.

"Bagus, 'lah."

"BAGUS APANYA?! NGGAK, ANJIR!" bantah Ying, Yaya, dan Dannia tak setuju.

"Kita bakal praktek, tau! Nanti dilihatin banyak orang, apalagi kelas A itu banyak cogan! Jadi malu, tauu." ucap Dannia malu sambil menutup wajahnya dengan seragamnya.

"Ada Abang gue, Ra! Gue males kalo nanti berhadapan sama dia, kalo dia ngajak taruhan, gimana?!" pekik Ying seraya mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Makin banyak orang, Ra! Gue gak mau! Cukup gue umbar keseksian gue ke anak cowok sekelas ini aja, ya! Mana cowok kelas A itu mata keranjang semua!" Yaya mendengus kesal sembari menutup bagian dadanya dengan buku.

"Halah, itu doang?" ujar Adara remeh, "yang penting, skor gue harus lebih tinggi dari Solar, gue gak mau traktir dia!"

"Ngalah aja napa, Ra. Kita bolos ke warung Aba, gitu." ajak Ying dengan tatapan datarnya.

"Nooo! Gak ada kata ngalah dari Solar di kamus kehidupan gue! Gue harus menang dari dia!" tolak Adara.

"Nanti suka, lhoo~" goda Dannia yang membuat Adara memukul lengannya dengan kencang.

"Ngomongin soal suka," Yaya menjeda kalimatnya dengan meminum jus nanas yang ditambah boncabe, itu adalah minuman kesukaannya, "lo gak ada suka sama siapa-siapa gitu, Ra? Mau nge-gamon sampe kapan?"

Adara mendengus, "Pertanyaan itu lagi."

"Dara gamon?" beo Ying, namun diacuhkan oleh kedua orang itu.

"Gue baru tau kalo lo nge-gamon-in cowok, Ra." ucap Dannia yang sedikit terkejut.

"Gue gak suka siapa-siapa," jawab Adara dengan yakin, "lagian, mana ada yang suka sama gue, gue kentang gini."

Lo kentang, gue remahan rengginang! batin Ying dan Dannia kesal.

Yaya tersenyum lembut sembari menggeleng, ia tidak setuju dengan yang Adara katakan.

"Lo cantik, Ra. Jangan pernah anggap rendah diri lo, lo gak bersyukur, ya? Banyak, lho, cewek yang mau punya fisik kayak lo, Ra. Lo langsing, pipi lo chubby meski muka lo judes, mata dan rambut lo termasuk langka, dan itu baru fisik, belum otak lo. Jujur aja, Ra, gue juga mau jadi kayak lo. Meskipun lo pendek, sih."

EnchantedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang