F I V E

57 5 45
                                    

"Ini seriusan Dara, Ra? Gemas bangeeeet."

"Iya, ini yang dulu digendong Oktan gak mau lepas."

"Mamaaaaa!"

Tiga perempuan berparas cantik sedang berkumpul di ruang tamu. Salah satu dari mereka memeluk lengan sang Ibu dengan sebelah tangan yang memegang ponsel bermata tiga.

"Eh, iya, Tha. Mana si Abang?" tanya salah satu dari mereka yang bernama Zahra.

Perempuan yang tengah memeluk lengannya dengan manja itu mengerutkan kening, "Abang?"

"Ah, dia biasa dipanggil gitu."

Seorang perempuan di hadapan mereka menoleh pada arah pintu masuk, "Iya, ya? Katanya bentar lagi nyampe tadi, dia lagi nongkrong bareng temannya."

"Udah sore masih nongkrong aja, anak laki-laki emang biasanya gak ingat waktu, ya?"

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," jawab mereka bertiga dengan kompak, kedua wanita paruh baya itu menoleh, terlihat seorang laki-laki bersurai navy datang menghampiri mereka.

"akhirnya, datang juga." ucap Talitha ketika melihat putranya yang sedang mencium tangannya serta tangan Zahra, lalu duduk di sebelahnya sambil mengantungi kunci motor yang ia bawa.

Anak laki-laki semata wayangnya itu terkekeh sembari menggaruk tengkuknya, "Tadi agak macet, solat Ashar dulu juga." ucapnya jujur, dan seketika matanya tak sengaja menangkap perempuan yang berada di samping Zahra.

Akhirnya bisa lihat dia lagiii! sorak girangnya dalam hati.

"Udah sekitar jam lima, kamu baru solat?" tanya Zahra dengan senyum tipisnya.

"Lupa, Tante. Heheh." Ia terkekeh.

Talitha menggelengkan kepalanya, "Nongkrong boleh, solat jangan ditunda. Ingat, 'kan, Bang?"

"Iya, Bunda."

Zahra menoleh pada putrinya, ia menghela napas karena putrinya sedang asyik dengan gawai. Ia pun merampasnya dan menyembunyikannya di belakang bantal sofa.

"Lho.. Mamaa!!" rengek putrinya itu. Raut imutnya dapat dilihat langsung oleh laki-laki bernama Taufan, membuat laki-laki itu mengerang gemas dalam hatinya.

Kskskskskksks, bisa-bisanya dia gemes begitu.

"Mama bilang apa tadi?"

Perempuan itu mendengus kesal, "Gak boleh main hp kalo ada tamu!"

"Dan?"

"Gak boleh cuekin tamu!"

"Terus kenapa Adek begitu?"

"Iya, Mamaa, maaf." Perempuan itu menghela napas pelan. "Cuma baca Wattpad sebentar doang, 'kok!"

Talitha menggelengkan kepalanya pelan, "Anak zaman sekarang, mainnya kalo bukan game, pasti Wattpad, 'kan?"

"Begitu, mungkin? Entah apa yang dia baca, setiap hari pasti baca gituan."

Taufan menyeringai jahil, "Baca yang 18 ke atas kali, Tante!" usilnya.

Manik Adara membelalak, "Nggak, Ma! Aku gak baca begituan, serius, Ma!"

"Benar begitu?" selidik Zahra dengan tatapan curiga.

"Iya, Maaa! Tanya Bang Supra, deh. Bang Supra sering periksa, 'kok!"

"Ada fitur arsip, lho, Tante." kompor Taufan yang membuat Zahra semakin curiga. Mata Adara menjadi berkaca-kaca kala mengetahui Mamanya mencurigainya. Tak lama kemudian, Taufan meringis kesakitan karena Ibundanya mencubit lengannya.

EnchantedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang