S I X T E E N

24 5 3
                                    

"Kalian ini, kenapa penginnya berantem mulu, sih?"

"Kamu akhir-akhir ini sering buat ulah, lho, Dara. Kamu bosen jadi anak baik?"

"Kamu juga, Solar. Selalu aja bikin ulah sama Dara, pas dipanggil juga, manggil Dara mulu buat ikut."

"Kalian saling suka, ya?"

"Nggak, Bu!!!"

"Ya, biasa aja, dong. Jangan ngegas."

Bu Zila memijat pangkal hidungnya karena pusing. Di hadapannya ada sepasang (?) manusia dengan keadaan yang berantakan. Mereka adalah Solar dan Adara.

Keadaan mereka cukup mengenaskan. Pakaian yang sudah tidak terbentuk, rambut mereka yang acak-acakan, serta luka lebam di pipi Solar.

Entah apa yang sudah mereka lakukan.

"Ibu bingung mau hukum kalian pake apa."

"Ngerjain soal Tryout kakak kelas yang kemarin aja, Bu." usul Solar.

Adara menatap geram padanya, "Lo aja yang ngerjain sana!!"

"Udah! Jangan berantem lagi!" Bu Zila segera melerai mereka, sebelum mereka memulainya, "kali ini, masalahnya apa lagi, sih?"

Kedua makhluk di hadapannya kini saling tunjuk dan berkata, "Dia duluan, Bu!" secara bersamaan.

Setelah itu, mereka saling menatap dengan tatapan kebencian.

"Lo duluan yang jambak rambut gue, ye, anjim!"

"Lo ngagetin gue, monyet! Siapa suruh ngagetin?!"

"Gue cuma bercanda!"

"Bercanda lo keterlaluan, kalo gue jantungan gimana?!"

"Alah, lebay amat."

"Hah? "Lebay amat", you said? Sia--"

"Udah, cukup! Udah!" tegas Bu Zila yang sukses membuat mereka berdua terdiam.

"Gini aja, Ibu hukum kalian bersihin lapangan upacara pas pulang sekolah. Gak ada tawar-menawar." perintah Bu Zila. Adara menganga mendengarnya.

"Panas, Bu!"

"Gak ada tawar-menawar!" ulang Bu Zila dengan penekanan dan tatapan tajam.

"Kalo kalian sekali lagi datang ke sini karena berantem, Ibu panggil orang tua kalian."

===

"Solar sialan, Solar bangsat, Solar goblok, Solar anjing. Anjing, anjing, anjing."

"Astaghfirullah, kawan. Ada problem-problem yang mengalahkan dahsyatnya perang shinobi ke-empat, 'kah? Let's talk, kawan."

Adara kini sedang berada di kantin setelah keluar dari BK. Untungnya dia bertemu Elvara yang sedang membawa buku, langsung saja dia tarik gadis itu untuk ikut dengannya.

Dan pada akhirnya Elvara harus mengoper tumpukan buku yang ia bawa pada murid yang tidak ia kenali terlebih dahulu agar tidak kena omel nantinya.

"Dihukum gue."

"Apa?"

"Bersihin lapangan upacara."

"Hahah, mampus."

"Si anjing."

Elvara meniup minuman yang baru saja ia pesan, lalu ia menyeruputnya pelan.

EnchantedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang