T W E N T Y O N E

42 6 0
                                    

"Selamat kepada Tapops Junior High School yang sekali lagi membawa tiga peserta terbaiknya pada ajang olimpiade di setiap tahunnya. Ketiganya lolos ke babak selanjutnya!"

Ketiga kandidat yang disebut langsung tersenyum bangga. Mereka langsung menepuk tangan pada satu sama lain.

Tidak, hanya Aurora saja yang melakukannya, sementara dua lainnya tidak.

"Dara, Kak Solar, ayo tos-an, dong!" bujuk Aurora, "Kita 'kan lolos, harus ngasih semangat, dong?"

Adara dan Solar bertukar pandang, belum beberapa detik, mereka langsung memalingkan wajah mereka.

Keempat guru yang menyaksikan anak didiknya hanya menghela napas serentak. Sudah tidak heran lagi dengan perilaku mereka.

"Semua usaha yang kalian lakukan kemarin sudah berhasil untuk saat ini. Kedepannya, kalian harus meningkatkan usaha kalian lagi. Teruslah semangat, jangan langsung menyerah, oke?" ucap Pak Nut yang mewakili guru-guru lain.

Ketiganya mengangguk kompak, "Baik, Pak!"

"Ayo, kita solat Ashar dulu, baru abis itu pulang." ajak Pak Gege, "Solar dan Aura mau nunggu dulu?"

Aurora mengangguk, "Aura mau pulang bareng Dara."

"Yah, lebih baik bareng." tanggap Solar.

"Baiklah, habis itu kita makan lagi. Kalian harus terus ngisi tenaga, apalagi kamu, Ra."

Adara menghela napasnya dengan memutar bola matanya malas, "Saya tau, Pak. Saya bukan anak kecil."

"Tinggi kamu kayak anak TK."

"Untung Bapak itu guru, ya. Saya masih tahan."

"Oh, jadi bener, dong, lo anak TK?" ujar Solar dengan tampang yang meremehkan Adara.

BUGH!!

"DARA, JANGAN GITUU!"

"ASTAGHFIRULLAH, ADARA!"

"PUKULAN YANG SANGAT AMAT MENGGEMPARKAN HATI KEBENARAN. PUKULANMU MAMPU MELAWAN KEJAHATAN, NAK!"

"Astaga, kalian ini."

===

"Setelah ini, segera pulang ke rumah masing-masing. Jika ingin mampir ke rumah teman, usahakan izin pada orang tua masing-masing. Paham?"

"Paham, Pak."

"Baiklah, silahkan pulang. Apa ada yang ingin kami antar?"

"Tidak, Pak."

"Kalau begitu, berhati-hatilah."

Setelah selesai dalam kegiatan lomba, mereka kembali ke sekolah untuk mengambil tas serta barang yang sengaja ditinggalkan di sekolah. Keadaan sekolah sudah sepi dikarenakan kepala sekolah memulangkan para murid dan guru agar beristirahat lebih untuk kegiatan esok.

Solar, Adara, dan Aurora pun disuruh pulang oleh pembimbing mereka setelah menerima beberapa sambutan dari kepala sekolah mengenai lomba mereka. Kini, mereka bertiga sedang berjalan beriringan menuju gerbang sekolah untuk menunggu jemputan.

"Dara, Dara mau ke mana dulu?" tanya Aurora yang penasaran karena Adara yang mengeluarkan dompetnya secara tiba-tiba.

"Gue mau ke Indoapril, mau ambil uang sebentar. Lo mau ikut?"

"Ah, nggak. Tadinya Aura mau ajak Dara beli es krim itu." Aurora menolak, tangannya menunjuk lurus ke arah selatan, terdapat gerobak es krim berwarna putih yang sudah tercemar menjadi abu-abu di dekat sebuah warung yang tutup.

"Yaudah, gue anter."

"Nggak usah! Dara ambil uang aja, Aura mau ke sana sebentar, nanti Aura susul depan Indoapril!"

"Yakin?"

"Iyaa! Aura duluan, ya!"

Aurora pun berjalan dengan sesekali melompat-lompat kecil bagaikan anak-anak yang kegirangan karena diberi balon. Perlahan-lahan, punggungnya mulai mengecil dipandangan Adara.

Gadis yang ditinggalkan menghela napas panjangnya. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan perasaannya saat ini. Ia ingin menghampiri Aurora, namun pikirannya berkata bahwa tidak akan ada apa-apa. Hingga pada akhirnya, ia memutuskan untuk mendahului tujuannya seperti yang Aurora katakan.

Tanpa sangka, ternyata itu adalah kesalahan besar yang pernah terjadi sepanjang hidup Adara.

.
.
.

Adara mengerutkan keningnya, ia sudah selesai mengambil uang di ATM. Tetapi, saat ia keluar dari Indoapril, ia tidak melihat Aurora yang menunggunya.

Ia memutuskan untuk diam di tempat, meski pikirannya berkata untuk menghampirinya. Namun, lama semakin lama, perasaannya semakin tidak enak.

Dengan segera ia melangkah menuju tempat yang semulanya dituju oleh Aurora.

Saat sudah dekat di sana. Ia mendengar suara pukulan serta tangisan keras. Bahkan ia juga mendengar kata-kata makian yang suaranya sangat familiar baginya.

Nafasnya memburu, ia berlari menghampiri. Pemandangan yang tidak ia duga pun terpaksa ia lihat.

Solar yang sedang memukuli seorang pria paruh baya dengan pakaian layaknya pedagang es krim dan Aurora di belakang mereka dengan seragamnya yang sudah terbuka.

===

630 kata

HALOOOOO!!! MAAF LOH BARU UPDATE😭

Aku kena writerblock, kelamaan banget, ngeselin

Sebenernya ini juga karena ada sedikit masalah sm hp ku, huehuee hampir ga bisa megang hp lg aku :(

Sy bakal double update. Tp ga janji heheh, bye bye!

Mars, 18 September 2022

EnchantedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang