T W E N T Y

33 6 0
                                    

Hari demi hari telah dilalui oleh murid yang menuntut ilmu di Tapops Academy. Dengan berbagai soal ujian yang mematikan, dengan berbagai upaya yang dilakukan untuk mendapat nilai sempurna dengan cara benar. Kini mereka sudah terbebas dengan semua itu.

Kepala sekolah serta para guru dan anggota organisasi OSIS memutuskan untuk mengadakan bazar spesial sebelum akhirnya keputusan nilai murid-murid diumumkan. Berbagai acara seperti drama, menari, dan lomba diselenggarakan untuk melepas kegilaan mereka selama seminggu penuh ini.

Saat ini semua murid dengan didampingi oleh wali kelas mereka sedang melakukan aktivitas masing-masing untuk berpartisipasi dalam bazar yang akan diselenggarakan.

Namun, ada pengecualian untuk beberapa murid seperti Solar, Adara, dan Aurora. Mereka saat ini sedang melaksanakan lomba di lain tempat, yaitu di tempat terlaksanakannya lomba. Tentu saja mereka didampingi oleh pembimbing mereka, yaitu Pak Nut, Pak Gege, Pak Zola, dan Bu Ispi.

Lomba dilaksanakan secara perbidang. Dengan kata lain, mereka berpisah. Namun, mereka sempat menyemangati satu sama lain.

Ya, meskipun meragukan, sih.

Selama dua setengah jam lomba digelar, selama itu mereka memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk menjawab sekitar 40 soal yang diberikan. Mungkin akan ada soal yang cukup mudah, sulit, dan sangat sulit untuk dikerjakan. Tetapi, itu sudah menjadi resiko mereka yang mengikuti lomba olimpiade ini.

Setelah waktu habis, lembar soal yang diserahkan panitia akan ditarik kembali untuk pemeriksaan. Sementara itu, para peserta lomba diminta untuk tetap bersama tim dan pembimbing mereka selama beberapa saat untuk menunggu hasilnya.

"Lo yakin sama jawaban lo?" Solar bertanya pada Adara yang baru saja kembali sesuai lomba.

Adara menyeringai sembari menaruh satu tangannya di pinggang, "Ngeraguin gue?"

Sombong, tetapi itu bukanlah sesuatu yang omong kosong. Karena selama mengerjakan, Adara merasa soal yang diberikan itu mudah.

Solar ikut menyeringai, "Siapa tau?"

"Emm.. teman-teman," Aurora menyapa, ia memainkan jarinya karena gugup, "a-aku takut hasilnya.."

"Ssttt.. jangan takut gitu, kamu yakin, 'kan?" Adara menghampiri Aurora dan memeluk lengannya.

"Nggak seratus persen! Takut, takut salah!"

Solar menghela napas, ia mengalihkan pandangannya untuk mencari keempat pembimbing mereka.

"Ayo, ke sana dulu." ajak Solar.

Dengan keadaan tidak sadar, Solar menarik tangan Adara untuk mengikutinya. Bahkan menggenggamnya dengan erat.

Adara sampai terkejut melihatnya, ia hendak marah, tetapi ada Aurora di sampingnya.

Setelah dekat selama beberapa minggu, ia merasa bahwa Aurora memiliki trauma kecil. Seperti dengan suara keras atau amarah.

Maka dari itu, ia berusaha untuk tetap tenang selama bersama Aurora.

Tetapi tangannya disentuh??

Entah mengapa, ia malah merasa nyaman dengan itu.

Adara mengerutkan keningnya. Merasa aneh karena ia tidak bisa marah dengan Solar.

"Bagaimana lomba kalian?"

Lamunan Adara membuyar ketika suara lembut khas perempuan menyapa dirinya. Ternyata mereka sudah sampai di tempat pembimbing mereka.

"Biasa aja."

"Susah bangeet!"

"Terlalu mudah."

jawab Solar, Aurora, dan Adara secara bersamaan. Jawaban mereka membuat pembimbing mereka saling bertukar pandang, lalu terkekeh untuk menanggapinya.

EnchantedWhere stories live. Discover now