T H I R T E E N

18 5 0
                                    

Gadis berambut pirang dengan rambut yang dikuncir dua kini menelungkupkan kepalanya. Kacamata yang biasanya ia gunakan ditaruh secara sembarangan di atas meja.

"Gue kesel banget, gue udah bilang ke nyokap kalo gue mau jadi musisi, tapi bokap gue malah mau gue ambil farmasi. Padahal gue gak suka banget sama obat-obatan."

Sementara itu, sahabat sekaligus fitur ibu kedua baginya mengelus surainya dengan lembut. Sebelah tangan gadis itu bergerak merapikan alat makan mereka.

"Bokap lo kayak gitu karena dia mau lo berhasil, Ying. Dia takut lo gagal."

"Tapi, gue udah suka banget sama dunia musik, Ya! Musik udah jadi bagian dari hidup gue!"

Ying, dialah gadis berkuncir dua itu, sedangkan di hadapannya adalah Yaya, satu-satunya perempuan bersifat bijak di antara mereka berempat.

"Lo bisa, 'kok! Lo bisa buat lagu sendiri! Lo bikin aransemen, terus lo nyanyiin, lo upload ke Metune, kalo lo usaha, pasti bakal ada yang dengar lagu lo, gue bakal jadi orang pertama yang dengerin!"

"Kalo lo bisa atur waktu lo, lo bisa fokus di jurusan lo sekaligus channel lo nanti!"

Yaya tersenyum senang untuk menyemangati Ying. Bahkan sang empu sampai terpana mendengarnya.

Ying mendecak kesal, "Ya, lo.. kenapa lo selalu gini, sih?!"

"Hm? 'Gini' gimana?"

"Lo.. lo selaluuu aja bisa gitu jadi tempat curhat, bahkan ngasih solusi yang bikin gue langsung semangat lagi. Tapi.. kenapa lo gak pernah curhat ke gue? Sekecil apapun, tau!!"

Yaya tersentak, bibirnya seakan tak bisa digerakkan, seperti ada lem yang menempel di sana.

"Yang lo ceritain selalu tentang cowok lo, tentang hubungan lo, atau tentang drakor yang lo tonton. Apa lo gak ada problem sedikitpun, Ya?"

Yaya tidak membalas, padahal dalam hatinya, ia sudah berteriak keras.

"Kayaknya jadi lo enak juga, ya, Ya?"

"Eh, Ying! Kayaknya, ada satu tempat makanan yang baru buka di belakang SMA, gue dengar dari cowok gue, ada corndog di sana, mau coba nggak? Sekalian ajak yang lain!"

"Wah, boleh, tuh! Sekalian gue mau liat kakel cogan!" Ying merogoh sakunya, ia mencari ponsel untuk menghubungi kedua teman mereka, "gue chat itu dua tuyul dulu, kalo gak bales, bakal gue spam."

"Gue mau ngabarin Abang gue dulu biar gak usah jemput." Yaya mengambil ponsel yang sempat ia letakkan di atas meja.

"Lho, terus lo pulang sama siapa?"

"Nebeng Dara, dia pasti bakal bareng Bang Supra."

Ying mengerucutkan bibirnya, "Gue gak bisa ketemu Bang Ali, dong?"

"Makanya, dateng ke rumah gue."

"Idih, males amat! Nanti gue malah ditarik buat drakoran!"

Yaya terkekeh, "Nemenin, Ying!"

"Enak aja! Gue udah ditarik-tarik sama itu dua wibu, sekarang sama lo juga? Bisa oleng gue dari Mas Draco."

"Udah, buruan chat itu tuyul."

"Iye."

Yaya tersenyum tipis, ia kembali fokus pada ponselnya. Namun, hatinya sedang berkecamuk, ada banyak hal yang sama sekali tidak bisa dia ungkapkan.

Gak seperti yang lo kira, Ying.

===

"Lar, gue mau nanya, tapi lo jawab jujur."

EnchantedWhere stories live. Discover now