S I X

32 5 14
                                    

Keesokan harinya, Adara sudah siap dengan seragam sekolahnya pun turun untuk sarapan. Ia menuruni tangga dengan senandung senangnya.

"Mamaaa! Selamat pagii!" sapa Adara ketika melihat Mamanya yang hendak menaiki tangga.

Zahra tersenyum, "Pagi," balasnya, "baru mau Mama bangunin."

"Ih, adek bisa bangun sendiri!"

"Iya, iya. Ayo, kita sarapan!"

Adara mengangguk, ia langsung berlari ke dapur, meninggalkan sang Mama sendirian.

Zahra pun tersenyum dan menggeleng, "Dasar."

Sampai di dapur, Adara senang melihat Papanya dan Kakaknya yang sedang duduk berhadapan sembari menyantap sarapan mereka.

"Papaaaa, Abangggg! Selamat pagiii!" sapa Adara dengan sedikit berteriak, membuat keduanya menoleh.

Surya, Papanya tersenyum. Sedangkan Supra hanya menatap lembut pada Adiknya itu.

"Pagi, Ara! Tidurmu nyenyak?"

"Pagi."

"Nyenyak, dong!" Adara pun duduk di kursi sebelah Supra, ia mengernyitkan dahinya ketika melihat Kakaknya yang sudah membaca buku di pagi hari.

"Abang ngapain baca buku pagi-pagi? Tumben."

"Ulhar."

"Adara, kemarin kamu sudah ketemu Taufan, 'kan?"

Adara menoleh pada Papanya, lalu mengangguk dan mengunyah roti bakar buatan Mamanya.

"Kwenaphaa?"

Supra mendecak, "Kebiasaan, jangan ngomong pas lagi makan!"

Adara terkekeh, "Iya, Bang."

"Kamu mau, 'kan, sama Taufan?" tanya Surya dengan serius.

Adara terkejut, "Pa, emang gak ada yang lain, ya?"

"Papa mau kamu sama dia."

"Ih, tapi, Pa--"

"Masalah dia emang suka ngedeketin cewek, itu bisa diilangin, Ra. Gak semua cowok yang ngedeketin cewek itu gak setia."

Adara melirik Kakaknya yang juga sedang memperhatikannya. Lalu menghembus napas panjang.

"Emang Abang setuju?"

"Belum," jawab Supra singkat, "abang juga mau lihat dulu, itu orang benar-benar serius apa kagak."

Surya tersenyum, "Kamu harus bantu Taufan untuk dapatin restu Abang kamu, ya, Ra."

===

"Ra, lo ini bener-bener, ya! Kenapa ngelamun terus, sih?!" omel Ying karena temannya itu yang sedari tadi hanya diam.

Adara mendengus sembari mengaduk-aduk baksonya, "Lo berdua tau gak, sih?!"

"Enggak." jawab Ying dan Yaya secara bersamaan.

Adara berdecak, "Gue mau dijodohin!"

"Bagus, dong! Biar gak sama cowok fiksi mulu." balas Yaya.

"Sama Taufan!"

"HAHHH?!?!" jerit Yaya dan Ying kaget. Bahkan Ying sampai menggebrak meja.

Mereka sedang berada di kelas. Sekarang sudah jam istirahat, mereka bertiga itu memiliki satu kesamaan, tidak terlalu suka dengan keramaian. Maka dari itu, mereka lebih memilih untuk makan di kelas.

"GAK! GUE GAK SETUJU, SUMPAH!" bantah Ying.

"EMANG GAK ADA COWOK LAIN, APA? ICE GITU!"

"POKOKNYA LO GAK BOLEH, RA! GAK, GAK, GUE GAK SETUJU!"

EnchantedOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz