S E V E N

48 5 17
                                    

"Yang tadi itu Bensin?"

"Iya. Bensin pertamax 10 kilo yang ngeselinnya unlimited!" Supra terkekeh mendengar respon sang Adik tentang teman laki-lakinya itu. Ralat, rival.

"Dek, jujur sama Abang. Apa kamu lagi suka sama seseorang?" tanya Supra tanpa menoleh ke adiknya.

Adara mengerutkan keningnya seraya menoleh sekilas pada Supra. Ia pun terkekeh pelan.

"Aku suka semua orang, Bang."

"Maksudnya, cinta!"

"Oh.." Adara menatap ke arah jalanan, "abang tau, 'kan?"

Supra melirik Adara sejenak, "Dia udah gak ada, Dek. Mau sampe kapan?" ucapnya dengan nada sedikit membentak.

"Banyak yang suka kamu, banyak yang ngejar kamu, kenapa kamu masih suka sama yang udah gak ada? Dia juga bakal sedih kalo lo kayak gini!" tegas Supra yang membuat Adara tersentak.

"A-ara.. kangen dia, Bang." Adara menunduk untuk menahan isak tangisnya.

Supra termenung, "Bukan kamu doang, Dek."

Keadaan mobil menjadi hening, hanya ada suara Adara yang menahan tangisnya.

Supra menghela napas, "Kita ke rumah dia, mau?"

.
.
.

Kedua Kakak-beradik dengan marga Dewandra berdiri tegak di depan sebuah makam. Mereka menatap sendu pada makam tersebut.

Supra menutup matanya, lalu melipat kedua tangannya di depan dada.

"Gue cuma nganter adek gue, jangan kegeeran lo!" ucapnya tsundere sembari memalingkan wajahnya.

Air mata Adara menetes, ia segera berjongkok di samping makam tersebut dan memeluknya.

"Bang Glacy, Ara kangen," lirihnya. Tangis air mata yang ia tahan pun keluar.

Supra sekuat tenaga menahan tangisnya saat mendengar adiknya terisak seperti itu. Bahunya bergetar hebat.

Glacy, atau Galaxy Cerino Mahendra. Ia sahabat kecilnya Supra serta cinta pertama Adara. Dia berpribadi tenang meski terkadang jahil.

Dia meninggal karena penyakitnya, dan keluarganya tidak perduli sama sekali padanya. Ia menanggung penyakitnya sendiri, bahkan Supra yang sudah bersahabat lama dengannya pun tak tahu jika ia mengidap kanker.

Glacy meninggal hampir dua tahun yang lalu, lebih tepatnya saat ia dan Supra hendak masuk kelas 10 SMA.

Dan itu membuat Adara dan Supra sangat terpukul.

Setelah beberapa menit Adara menangis, gadis itu akhirnya bisa menghentikan tangisnya. Adara pun menarik Kakaknya untuk berjongkok di sebelahnya.

"Bang Glacy, pasti udah bahagia, 'kan? Maaf, kalo Ara belum bisa lupain Abang, Ara.. Ara cuma.."

Supra menepuk bahu Adiknya, "Gak usah dilanjut, Abang bosen dengar kamu nangis."

"Banggg!!" rengek Adara, "Adeknya nangis, dipeluk, 'kek!"

Supra terkekeh, lalu merentangkan kedua tangannya. Adara yang paham pun langsung memeluk Kakaknya itu. Supra mengelus surainya pelan.

"Hiks.. hiks."

"Udah, deh, nangis mulu. Jelek tau, nggak?" ledek Supra.

"Hiks.. huwaaaa! Bang Supra kenapa jahattt??"

"Lebay."

"M-makin, hiks, makin nangis, nih! Hiks.."

"Iya, nangis aja terus, gak Abang beliin es krim nanti." ucap Supra dengan enteng. Adara pun langsung melepaskan pelukannya dan menghapus air matanya.

EnchantedWhere stories live. Discover now