4. Sebenarnya Terjadi

2.2K 327 20
                                    

Peluklah lelah jiwaku mama

Yang terluka di pecundangi dunia

Hanya kasihmu yang mampu lindungi lemah hatiku

Yang tak sekuat hatimu....

- Sekuat Hatimu, Last Child -

*******

"Seringkali kita lupa, kalau sembuh juga masih bisa kambuh."

- Alnattan Neandro Sabian -

*******

Sebelum baca part ini, aku mau ingetin untuk selalu vote cerita ini disetiap partnya dan jangan lupa komen sebanyak-banyaknya di setiap paragraf. Supaya aku bisa lebih semangat lagi untuk update ke part selanjutnya!!!

Kalian juga bisa follow wattpad aku dan juga meramaikan Tiktok aku yaitu (rumahsinggah_ dan haniioktav24) lalu Instagram aku yaitu (hanii.oktav dan wattpad_haniioktav24). Selamat membaca kesayangan aku. 

*******

Hairis masih membeku di meja belajarnya sampai dia benar-benar berhasil mencerna ucapan Natta baru saja. Apakah ucapannya terlalu menyakiti hati adiknya? sehingga membuat anak itu menjadi emosi. Hairis tidak bermaksud seperti itu hanya saja ucapannya selalu secara spontan dia keluarkan jika berhadapan dengan Natta.

Hairis mengacak rambut nya secara kasar, "Ngapain coba gua pikirin arghhh!"

"Ini juga mulut, kontrol sedikit kek kayak nggak di didik aja nih mulut!" Hairis bermonolog setelah Natta keluar dari kamarnya. 

Pening di kepalanya yang secara tiba-tiba membuat Hairis memilih berbaring di atas ranjang, membiarkan tugas kuliah terbengkalai begitu saja. Menetralkan kembali pikirannya yang sempat terguncang beberapa saat tadi.

Hairis tidak membenci Natta, mengingat kejadian 20 tahun yang lalu membuat dirinya selalu menyalahkan Natta atas kejadian itu, kejadian dimana Ibu kandungnya meninggal saat melahirkan Natta.

Hairis tidak pernah meminta untuk memiliki adik, dia mau jadi anak terakhir di keluarga ini. Tapi seolah-olah semesta tidak mendukungnya. Hairis yang sudah yakin akan menjadi anak terakhir tiba-tiba di beritahu bahwa dia akan segera memiliki adik. Saat itu Hairis masih kecil, banyak sekali memori yang tidak bisa dia ingat tentang Ibu. Salah satu asalan mengapa dia membenci Natta yaitu perihal Natta yang memberikan kenangan masa kecilnya tidak baik. 

Ibu hamil lagi disaat usianya yang sudah dibilang cukup rentan beresiko. Kata Bapak saat itu semua berjalan dengan lancar. Ibu sehat selama kehamilan, masih bisa mengurus kita dengan baik dan selang berapa bulan Ibu melahirkan Natta secara normal di Praktik Bidan Mandiri.

Natta lahir dengan selamat, keadaan baik, semuanya utuh dan menangis. Bapak tidak ada hentinya mengucapkan syukur. 

Namun, setelah pasca postpartum (melahirkan) Ibu mengalami gejala nyeri pada perut bawah, demam, pernapasan cepat, keringat dingin dan terakhir Ibu tidak sadarkan diri yang menandakan terjadinya perdarahan postpartum (melahirkan) kala itu. Kurangnya peralatan dan penanganan di Bidan yang mengharuskan Ibu untuk dirujuk ke Rumah Sakit. Namun takdir berkata lain, di perjalanan menuju Rumah Sakit Ibu dinyatakan meninggal.

Bapak sangat sedih mengingat kondisi yang tidak memungkinkan, Ibu pergi secara tiba-tiba dan di waktu bersamaan Bapak bersama abang-abang harus bahagia atau sedih berkepanjangan. Bapak tidak tahu harus bagaimana kedepannya untuk mengurusi anak-anak tanpa Ibu. Anak-anak juga masih kecil untuk ditinggal oleh Ibunya terutama Natta yang baru saja lahir.

Alnattan dan Ceritanya | Na JaeminWhere stories live. Discover now