42. Lewat Dua Tangan Manusia

1.2K 193 154
                                    

Sebelum baca part ini, aku mau ingetin untuk selalu vote cerita ini disetiap partnya dan jangan lupa komen sebanyak-banyaknya di setiap paragraf. Supaya aku bisa lebih semangat lagi untuk update ke part selanjutnya!!!

Kalian juga bisa follow wattpad aku dan juga meramaikan Tiktok aku yaitu (rumahsinggah_ dan haniioktav24) lalu Instagram aku yaitu (hanii.oktav dan wattpad_haniioktav24). Selamat membaca kesayangan aku.

*******

"Gua mau ikut!" pinta Cessa.

Natta menghela napasnya secara kasar, menatap Cessa dengan pandangan sedikit jengkel kepada anak itu. "Lo nggak ingat? Lo masih sakit. Masuk!" perintah Natta kepada Cessa agar segera masuk kerumah untuk istirahat kembali mengingat pagi tadi dia demam. 

"Nggak mau, gua mau ikut!" pinta Cessa kembali. Dia sudah tidak peduli lagi dengan Natta yang akan memakinya perihal kelakuan dia hari ini.

"Ada apa?" tanya Hairis. Dia baru saja keluar rumah dengan kunci mobil yang berada di dalam genggaman tangannya. 

"Adek lo noh, maksa banget mau ikut," ucap Natta.

Hairis menoleh ke Cessa, dari pandangan Cessa terlihat bahwa anak itu memandangnya seperti ada yang tidak Cessa sukai. Pandangan yang kerap kali orang sebut mengintimidasi. 

"Lo kenapa mandang gua begitu? Gua ada buat salah sama lo hari ini?" tanya Hairis.

"Abang jujur aja sekarang. Abang punya rencana apalagi buat nyakitin Bang Natta?" ucap Cessa tanpa basa-basi. 

"Maksud lo?" tanya Hairis.

"Lo jangan samain gua sama Bang Natta yang bisa lo bodohin. Gua tau lo punya rencana jahat kan sama Bang Natta. Nggak mungkin lo tiba-tiba jadi baik begini kalau nggak ada sesuatu hal yang lo rencanain." Cessa kembali berbicara, napasnya menggebu mengingat bagaimana saat itu Cessa mendengar Hairis berbicara lewat ponselnya dengan seseorang yang tidak dia ketahui.

Mendengar itu, Hairis hanya bisa pasrah dan sejujurnya dia juga terkejut dengan ucapan spontan yang Cessa lakukan malam ini. Hairis tahu jika Cessa diam, dia akan benar-benar diam tanpa suara sedikitpun yang keluar dari mulut anak itu, tapi jika sekalinya dia berbicara maka lawan bicaranya dia akan kewelahan menyeimbangi anak itu.

"Cessa mulut lo!" Natta memperingati Cessa.

"Abang sadar! Lo mau dijahatin sama dia kayak gimana lagi?" ucap Cessa menyebut Hairis dengan kata dia sambil menunjuk dengan tangannya. 

"Masuk ke rumah! Lo udah kelewatan!" perintah Natta.

"Lo kenapa Sa? Gua ada salah apa sama lo?" tanya Hairis. Suara Hairis sengaja dia pelankan, dia tidak mau jika orang rumah ataupun tetangganya mendengar bagaimana mereka berdebat cukup hebat malam ini. 

"LO PIKIR AJA SENDIRI!"

"Gua mana tau kalau lo nggak bilang apa-apa ke gua, Sa. Lo cemburu sama gua? Karena gua bisa main sama Natta sekarang?" tanya Hairis.

"Lo nggak usah ngalihin pembicaraan kita. Gua denger lo teleponan sama orang lain dan lo lagi ngerencanain sesuatu yang jahat." Cessa kembali memojokkan Hairis. 

Sementara Natta? Dia diam. Sejujurnya Natta sedikit kaget dengan penuturan Cessa yang mendengar Hairis merencenakan sesuatu dengan orang lain. Tapi dengan siapa? Seingat Natta dia tidak punya orang lain yang membenci dirinya selain Hairis. 

"Kenapa lo mikir itu sesuatu yang jahat?" tanya Hairis.

"Ya karena emang itu watak lo, jahat!" cecar Cessa.

Hairis terdiam, setelah mendengar Cessa memandangnya bukan lain sebagai orang jahat dimatanya. Bagaimana bisa adik yang selama ini Hairis sayang lebih dari siapapun mengatakan hal tersebut. Adik yang sejauh ini dia bela mati-matian jika berbuat salah, tapi memandangnya adalah seorang kakak yang jahat. Seorang adik yang dia tuntun masa-masa pubertasnya dengan baik ternyata tidak berpikir hal yang sama dengan dirinya.

Alnattan dan Ceritanya | Na JaeminTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon