35. Indomie Rebus

1.4K 211 57
                                    

Sebelum baca part ini, aku mau ingetin untuk selalu vote cerita ini disetiap partnya dan jangan lupa komen sebanyak-banyaknya di setiap paragraf. Supaya aku bisa lebih semangat lagi untuk update ke part selanjutnya!!!

Kalian juga bisa follow wattpad aku dan juga meramaikan Tiktok aku yaitu (rumahsinggah_ dan haniioktav24) lalu Instagram aku yaitu (hanii.oktav dan wattpad_haniioktav24). Selamat membaca kesayangan aku.

Absen dulu yuk! yang sudah nungguin update cerita ini terlalu lama hehe. BTW selamat tahun baru semuanya, semoga bahagia menyertai kalian semua. I love you.

*******

"Maaf ya, Bu, aku baru bisa kesini lagi." Sesaat setelah Hairis menaburkan bunga mawar yang tadi sempat dia beli di pinggir jalan. Setelah di ingat, sudah dua bulan lamanya Hairis tidak berkunjung ke tempat dimana dia bisa bercerita namun tidak ada jawaban dari siapapun.

"Dari dulu sampai sekarang kayaknya yang bisa aku lakuin cuma nyakitin Natta aja, Bu."

Hairis menyentuh dadanya yang terasa begitu luar biasa nyeri. Ditempat yang begitu sepi dan tidak akan pernah ada tanggapan dari bagitu banyak cerita yang selalu dia keluhkan. Ditempat yang selalu menjadi saksi dia menangis tersedu-sedu tanpa terlihat oleh siapapun yang dia kenal. Ditempat dimana satu-satunya yang tahu bagaimana Hairis hidup sejauh ini dan di tempat dimana dia diberikan kesempatan untuk menyalahkan dirinya sendiri.

"Waktu kita berantem karena Natta batalin lomba, aku denger Natta nahan nangis dikamar, rasanya sakit banget apalagi itu karena ulah aku, Bu." Hairis kembali teringat pada malam itu. Malam yang membuatnya tidak bisa tidur memikirnya.

"Waktu Natta bilang dia punya pacar, kenapa mulut aku rasanya nggak bisa berhenti buat ngutuk Natta, Bu?"

"Kenapa aku nggak bisa turut bahagia, ngeliat Natta bahagia?"

"Apa karena aku belum ikhlas kehilangan, Ibu?" Hairis tidak ingin mengeluarkan air mata, namun keadaan ini benar-benar mendorong dirinya untuk menangis.

"Padahal Natta kalau lagi senyum adem banget di lihat. Tapi kenapa aku selalu nggak suka?"

Lagi-lagi tidak ada yang menjawab pertanyaan dari Hairis.

"Aku juga capek sebenarnya kayak begini terus, Bu. Kalau Natta nangis karena ulah aku, begitupun juga aku yang menangisi diri sendiri menjadi orang jahat dimata Natta. Tapi cuma Ibu yang lihat aku nangis disini."

Angin menghembus kencang. Bunga-bungan yang tadi sempat ditabur oleh Hairis berjatuhan. Beberapa bahkan terbang terbawa angin cukup jauh.

"Bu, aku mau minta maaf ke Natta. Aku mau jadi Abang hebatnya dia juga, bantu aku ya, Bu."

Hairis tersungkur di depan gundukan tanah yang sudah lama berisikan orang yang paling dia sayang. Dia bukan hanya menangis saja, tetapi juga meminta maaf terhadap semua yang pernah dia lakukan. Meninggalkan semua penyesalan di tempat yang masih menjadi pelariannya sejauh ini.

Setelah waktu begitu cepat berputar dan hari berganti setiap harinya. Setelah merasakan kehilangan yang begitu menyiksa dirinya, satu hal yang bisa Hairis pahami. Bahwa kehilangan bukanlah suatu hal yang mudah untuk di ikhlaskan, bahkan waktu tidak bisa menjanjikan untuk seseorang itu sembuh dari rasa sakitnya.

*******

"Ada apa, Ris?"

"Masuk," ucap Hairis dingin.

Sesaat setelah Hairis berbicara dengannya, Natta mengekori Hairis dari belakang. Entah apalagi yang akan diperbuat oleh Hairis kali ini terhadap dirinya.

Alnattan dan Ceritanya | Na JaeminWhere stories live. Discover now