9. Secangkir Kopi Instan dan Sepotong Cerita

1.7K 222 19
                                    

Sebelum baca part ini, aku mau ingetin untuk selalu vote cerita ini disetiap partnya dan jangan lupa komen sebanyak-banyaknya di setiap paragraf. Supaya aku bisa lebih semangat lagi untuk update ke part selanjutnya!!!

Kalian juga bisa follow wattpad aku dan juga meramaikan Tiktok aku yaitu (rumahsinggah_ dan haniioktav24) lalu Instagram aku yaitu (hanii.oktav dan wattpad_haniioktav24). Selamat membaca kesayangan aku. 

*******

"Gua kemarin jujur ke Azel, tentang Bunda," ucap Natta.

"Bagus dong! Terus tanggapan dia gimana?"

"Nggak gimana-gimana, dia lebih banyak ngederin gua cerita. Mungkin dia paham gua cuma butuh orang buat di ajak bicara."

Sehabis Natta bercerita panjang pada malam tadi, keduanya langsung pulang mengingat waktu sudah cukup larut. Natta mengantar pulang Azel dan dia pun juga tidak berterima kasih karena pada saat itu, azel bersedia mendengarkan dia bercerita. Sejujurnya Natta tidak ada niatan bercerita, namun malam tadi seolah rahasia yang dia simpan baik, terucap begitu saja kepada Azel. Bahkan dirinya menangis di depan perempuan itu, rasanya lega sekali bahwa cerita dia bisa di dengar dan di respon dengan baik.

Natta menyeruput kopi yang tadi dibuatnya, dia sedikit tersentak saat menyadari bahwa kopi tersebut masih sangat panas setelah menyentuh indra pengecapnya.

"Tapi lo sayang dia kan, Nat?" tanya Johan memastikan. 

Natta benar-benar diam.

Johan ikut menyeruput kopinya dan menganggukkan kepalanya paham, "Gua ngerti kok, lo nggak perlu jawab," ucap Johan.

Johan memperhatikan Natta dengan mata yang dia sipitkan, tidak ada tanda-tanda anak itu akan menjelaskan perihal Azel kepadanya. Jika masalah-masalah yang membuat Natta sedikit berpikir keras, maka Johan akan membantu anak itu menemukan jalan keluar terbaik yang bisa dia berikan.

"Gua cuma takut," ucap Natta masih dengan ekspresi kebingungannya.

"Apa yang lo takutin?"

"Gua takut cuman nyakitin dia doang nantinya," ungkap Natta.

"Lo takut apa ragu? ucap Johan. Dia tahu bahwa Natta sebenarnya ragu karena dia selalu berfikir hal-hal diluar yang di bayangkan akan menimpa anak itu nantinya.

"Terlalu banyak yang pergi. Semenjak saat itu, gua menganggap siapapun yang datang hanya sekedar penasaran," tutur Natta, suaranya sedikit terasa sendu.

"Apa lo lihat Azel begitu juga?" tanya Johan sungguh.

Natta menggelengkan kepalanya pelan, "Enggak, Azel nggak begitu."

"Terus?"

"Gua juga takut. Takut kecewain dia, Bang."

Johan menarik napas panjang, ingin sekali rasanya dia menempeleng kepala adiknya ini. "Dengan cara lo narik ulur dia kayak begini, tanpa sadar lo sudah kecewain dia, Nat. Bahkan lebih sakit dari apa yang lo bayangin."

Natta diam. Telinganya masih setia mendengar ucapan abangnya. Dia mencerna kembali ucapan Johan tentang dia yang tanpa sengaja menyakiti Azel dengan tidak memberinya kepastian tentang hubungan mereka. Benarkah Azel sudah kecewa dengan dirinya? 

"Nat, yang tulus memang tidak datang dua kali, tapi yang tulus akan mencoba berkali-kali. Memiliki seseorang yang memahami kepribadian kita adalah sejuta kali lebih baik dari pada seseorang yang mencintai diri kita."

Natta terus diam. Bukan bidang Natta jika ditanya mengenai hubungan. Menyangkut tentang Azel. Serius atau bercanda, sungguh atau hanya singgah, jodoh ataupun tidak, bukanlah urusannya. Itu perihal nanti, beri yang terbaik semampunya. Tunggu lelahnya, tuntun setiap proses hidupnya, temani dia di setiap hari buruknya, warnai hatinya. Bukankah itu semua sudah cukup untuk menunjukkan bahwa cintanya sungguh.

Alnattan dan Ceritanya | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang