17. Orang Pertama

1.4K 201 11
                                    

Sebelum baca part ini, aku mau ingetin untuk selalu vote cerita ini disetiap partnya dan jangan lupa komen sebanyak-banyaknya di setiap paragraf. Supaya aku bisa lebih semangat lagi untuk update ke part selanjutnya!!!

Kalian juga bisa follow wattpad aku dan juga meramaikan Tiktok aku yaitu (rumahsinggah_ dan haniioktav24) lalu Instagram aku yaitu (hanii.oktav dan wattpad_haniioktav24). Selamat membaca kesayangan aku. 

*******

Cessa memasuki kamar dengan perasaan yang sulit di artikan. Perasaan-perasaan tidak mengenakan sejak tadi menghantui pikirannya. Tubuhnya sudah cukup lelah hari ini di tambah dengan omongan saudara-saudaranya yang mengusik pikirannya.

Cessa berjalan ke meja belajarnya untuk melihat buku panjang yang cukup tebal dan berlabis cover berwarna hitam dengan bertuliskan nama SMA nya. Dia melihat di halaman pertama yaitu data dirinya, lalu di lanjut dengan nilai-nilai rapor semesterannya. Dia membolak-balik halaman demi halaman, ada rasa bangga tersendiri baginya melihat nilai-nilai semester sebelumnya  sampai akhirnya dia berhenti membalikkan halaman kertas dari rapotnya dan tersenyum tipis, nilainya kali ini cukup memuaskan. 

Tok!Tok!Tok!

"Gua mau masuk boleh?" Natta meminta izin ke pemilik kamar untuk masuk. 

"Masuk aja, biasanya juga nggak izin," jawab Cessa.

Natta tersenyum mendengar ucapan Cessa. Sepertinya benar Cessa dalam mood yang kurang baik hari ini. Natta tahu setelah pengambilan rapor pasti anak itu dalam keadaan mood yang kurang bagus. Hal itu kerap terjadi bahkan selalu terjadi.

Natta duduk di tepi ranjang Cessa yang menghadap langsung ke punggung belakang Cessa yang sedang duduk di kursi meja belajar.

"Sa?" panggil Natta. 

Cessa tidak menyahut panggilan Natta, dia menunggu sampai Natta melanjutkan ucapannya. Cessa tipe orang yang tidak mau berbasa-basi.

"Kemarin gua lihat berita, ada seorang kakak-adik yang berantem dirumah perkara kakaknya ngerasa hidupnya dirumah selalu di bedakan dan adiknya mau sesuatu selalu di turutin, eh besoknya salah satu meninggal sebelum saling memaafkan, seram kan ya kalau di pikir-pikir," ucap Natta yang sedikit sarkas kepada Cessa. 

Kebanyakan orang punya mood yang berubah-ubah tapi untuk Cessa moodnya terlihat tidak pernah berubah dia selalu menempatkan dirinya seperti yang di butuhkan, seperti keadaan bahagia dia bisa turut bahagia. Natta pikir itu bagus, tapi kalau di pikir kembali bisa saja itu merupakan kesedihan yang tidak dia tunjukkan. Tapi, Natta nggak terlalu yakin apa dia memang selalu merasakan hal yang bahagia terus setiap saat atau mungkin menyembunyikan kesedihannya. 

"Persis banget kayak masalah lo sama Bang Hairis. Makanya lo cepat-cepat baikan deh," jawab Cessa santai. Natta kaget, alih-alih dia yang ingin menyindir Cessa malah dia yang kesindir balik. Mungkin kata orang benar yaitu berpikir dulu sebelum berbicara. 

Suasana menjadi hening. Baik Natta maupun Cessa tidak ada yang mau memulai pembicaraan. Cessa tahu, Natta datang ke kamarnya karena khawatir akan dirinya hari ini. Padahal nggak ada yang perlu di khawatirkan. 

"Gua dengar tadi dari wali kelas lo, si Jay dapat nilai tambahan di ujian tulis Bahasa Inggris dari orang yang nilainya paling tinggi di kelas kalian, karena anak itu membagikan sedikit nilainya buat orang yang nilainya paling rendah di kelas," jelas Natta kepada Cessa.

Cessa sempat berhenti melihat nilai-nilai rapornya yang sudah dia lihat berulang-ulang. "Oiyah?bagus dong, orang itu baik juga ternyata di zaman kayak begini."

"Lo kan orangnya, Sa?" ungkap Natta. 

Sebelumnya Natta tidak sengaja melihat lembar ujian Bahasa Inggis milik Cessa dengan nilai 94 di atas meja belajar Cessa waktu itu. Natta tersenyum bangga bahwa Cessa benar-benar ahli di pelajaran Bahasa Inggris. Namun, di nomer akhir setelah jawaban Cessa menuliskan pesan singkat "if you could, can you give my bonus point to whoever scores the lowest?"

Alnattan dan Ceritanya | Na JaeminWhere stories live. Discover now