16. Rapor Pertengahan Semester

1.5K 197 6
                                    

Sebelum baca part ini, aku mau ingetin untuk selalu vote cerita ini disetiap partnya dan jangan lupa komen sebanyak-banyaknya di setiap paragraf. Supaya aku bisa lebih semangat lagi untuk update ke part selanjutnya!!!

Kalian juga bisa follow wattpad aku dan juga meramaikan Tiktok aku yaitu (rumahsinggah_ dan haniioktav24) lalu Instagram aku yaitu (hanii.oktav dan wattpad_haniioktav24). Selamat membaca kesayangan aku. 

*******

Setelah menanti selama kurang lebih setengah tahun, akhirnya acara pembagian rapor dilakukan. Cemas dan gelisah, itulah yang di rasakan oleh Jay ketika menunggu Bunda datang ke sekolah. Berbeda dengan Cessa yang tampak lebih santai, karena bagi Cessa nilai dia tidak perlu ada yang di khawatirkan.

Cessa dan Jay datang lebih pagi ke sekolah padahal di Surat Edaran tertera bahwa pengambilan rapor pada pukul 08.30 WIB alasannya karena mereka ingin mengambil rapor nya lebih dulu ketimbang teman lainnya. Cessa dan Jay kebetulan dapat kelas yang sama dan itu mempermudah dan mempersingkat waktu Bunda karena jika berbeda kelas Bunda akan mengambil rapot Cessa terlebih dahulu dan Jay belakangan atau sebaliknya.

Cessa memperhatikan gerak-gerik Jay yang terlihat cemas sekali. Entah kenapa ini anak kalau pengambilan rapor selalu seperti ini. Padahal orang-orang rumah tidak akan memarahi mereka jika nilai mereka tidak sesuai yang di harapkan, hanya saja kita di suruh belajar lebih baik lagi.

"Lo kenapa?" tanya Cessa. Dia sudah muak melihat tingkah Jay yang membuka tutup ponselnya padahal tidak ada yang menghubungi dia.

"Hah?"

"Santai aja si, nggak bakalan di marahin percaya sama gua." Cessa berusaha meyakinkan Jay bahwa tidak perlu ada yang di khawatirkan.

"Lo pernah takut gagal nggak, Sa?" tanya Jay.

Cessa berpikir sejenak sebelum akhirnya dia menggeleng singkat, "Enggak."

"Kenapa lo punya pemikiran yang sepositif itu?" tanya Jay kembali. Cessa memang memiliki pemikiran yang sangat logis dan realistis berbanding terbalik dengan Jay.

"Setiap orang berhak gagal. Lo juga boleh gagal sesekali, konon katanya semua orang berhak gagal untuk satu langkah kehidupan yang kita pijak. Tujuannya agar kita mengerti kalau hidup emang nggak semudah itu," ucap Cessa.

"Jadi lo enak ya, Sa. Nggak perlu susah-susah mikirin sesuatu yang seharusnya nggak penting buat lo pikirin. Andaikan nilai gua bisa lebih baik sedikit, mungkin gua nggak bakalan setakut ini. Walaupun orang rumah nggak bakalan marahin gua tapi gua tahu pasti Bunda kecewa sedikit. Seharusnya gua bisa berusaha sedikit lagi buat belajar," jelas Jay panjang mengenai ketakutan akan nilainya yang kurang memuaskan.

"Perasaan lo aja kali." Cessa yang masih menyangkal hal-hal buruk yang Jay pikirkan.

"Tapi, nilai gua selalu mengecewakan padahal gua udah belajar dari pagi ketemu pagi." 

"Lo udah belajar sebisa lo, Jay. Lo harus berterima kasih sama diri lo sendiri." Cessa memperingati Jay untuk tidak lupa bahwa ada yang lebih penting dari apapun yaitu berterima kasih dengan dirinya sendiri.

"Tapi orang-orang ngiranya gua nggak pernah belajar, makanya bego." Jay kembali mengumpat dirinya sendiri.

"Orang nggak bakalan pernah mau tahu urusan orang lain, sekalipun lo mau ngasih bukti yang konkret pun, orang lain lebih percaya sama hasil ketimbang prosesnya. Gua yang bakalan jadi saksi betapa lo bekerja keras sejauh ini," ucap Cessa. Dia menenangkan Jay yang selalu berpikiran yang aneh-aneh.

"Sa, lo malu nggak punya kembaran kayak gua gini?" Jay bertanya sungguh kepada Cessa.

Pertanyaan itu membuat Cessa berpikir, memangnya selama ini Jay berpikir bagaimana? Cessa tidak terlintas sekalipun di dalam kepalanya untuk berpikiran seperti apa yang di ucapkan oleh kembarannya itu. 

Alnattan dan Ceritanya | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang