41. Arti Prasangka

1.2K 192 58
                                    

Sebelum baca part ini, aku mau ingetin untuk selalu vote cerita ini disetiap partnya dan jangan lupa komen sebanyak-banyaknya di setiap paragraf. Supaya aku bisa lebih semangat lagi untuk update ke part selanjutnya!!!

Kalian juga bisa follow wattpad aku dan juga meramaikan Tiktok aku yaitu (rumahsinggah_ dan haniioktav24) lalu Instagram aku yaitu (hanii.oktav dan wattpad_haniioktav24). Selamat membaca kesayangan aku.

*******

"Selamat pagi kepada adik-adik gua yang selalu ingin gua bahagiakan walaupun nggak pernah bahagiankan gua," ucap Johan, saat dia melihat kelima adiknya sudah berada di meja makan untuk menyarap.

"Pagi!" jawab Natta. Hanya dia seorang yang menjawab ke randoman Johan di pagi ini.

"Kok kalian berdua nggak make baju sekolah?" tanya Johan. Dia melihat ke arah Cessa dan Jay bergantian.

"Cessa demam dari semalem." Jay menjawab.

Sontak membuat Johan menempelkan telapak tangannya ke arah dahi Cessa hanya untuk mengecek suhu tubuh anak itu, "Iya rada panas. Main basket mulu sih lo sampe nggak inget waktu."

Cessa yang merasakan itu segera menepis tangan Johan malas. "Apasih! Bang!"

Johan mendengus, "Orang gua mau ngecek juga, khawatir gua nih!" Tak lama pandangan Johan beralih ke Jay. "Kok lo nggak make seragam sekolah?"

"Cessa izin nggak sekolah, jadi aku ikutan juga," jawab Jay.

"Mana bisa begitu?" ucap Johan tidak terima.

"Bisalah." Jay menjawab dengan yakin.

"Bunda, masa Jay bolos, Bun. Marahin Bun." Johan mengadu ke Bunda.

Bunda yang mendengar namanya disebutpun menjawab, "Biarin ajalah Bang, suka-suka anaknya. Mau tambah pinter ya syukur, mau begitu-begitu aja ya terserah, Bunda udah capek!"

Johan melongo, "Kok begitu Bun? Dulu aku kalau ketahuan bolos selalu disabet make sapu!" Johan kembali tidak terima.

"Kan Bunda mengajari anak sesuai zaman aja, Bang." 

"Tuh! Denger apa kata Bunda. Nggak boleh iri dengki sama adik sendiri, Bang." Jay kembali bersuara saat dia merasa Bunda membelanya.

"Bodoamat!" Johan menjawab malas. Tiba-tiba saja mood dia menjadi jelek perkara Jay yang membolos sekolah.

"Bun, aku berangkat," pamit Natta. Saat dia mengalungkan tasnya tak lupa dia mengingatkan kepada Cessa, "Minum obat lo, istirahat." 

Cessa mengangguk lemas.

"Bareng dong, gua ada perlu pagi ini di kampus," ucap Hairis saat Natta hendak melangkah. Suara Hairis membuat yang lainnya menghentikan aktifitas mereka sejenak. Hal-hal baik seperti ini belum terbiasa mereka lihat dirumah, harap-harap saja hal baik ini terus mereka lihat sepanjang hari, sepanjang waktu.

"Sama gua?" tanya Natta sambil menunjuk dirinya sendiri. Dia hanya mencoba memastikan jika Hairis memang ingin pergi ke kampus dengan dirinya. Padahal sejak dulu Hairis selalu menutup dengan rapat fakta bahwa keduanya adalah saudara.

Hairis mengangguk, "Bentar gua ambil tas dulu ke kamar." Hairis melahap makanan di piringnya dengan cepat hingga habis tak tersisa, lalu dengan langkah lebar dia menuju kamar mengambil tas.

Namun disisi lain, ada pasang mata yang menatapnya cukup lama, Cessa. Matanya nampak sekali kekhawatiran, seolah dia berbicara bahwa Natta harus memikirkan ulang ucapannya semalam.

Natta mengerti dengan tatapan itu dan membalas dengan senyuman tipis, dia berlalu.

Namun sebelum itu, Natta mengetik sesuatu di ponselnya dan mengirim pesan kepada adiknya itu.

Alnattan dan Ceritanya | Na JaeminWhere stories live. Discover now