00. •Prolog•

73K 4.7K 39
                                    

ALTHAIA!” teriak Dylan menggelegar. Laki-laki itu mencengkeram
dagu Althaia dengan kencang. Ringisan pelan terdengar memenuhi indera pendengaran Dylan, namun tak ia pedulikan.

“APA YANG LO PERBUAT SAMA MAUDY?”

Mata Dylan menyorot Althaia dengan tajam, lalu pandangannya terarah pada Maudy yang tak sadarkan diri dengan darah yang mengalir dari lengan gadis itu.

Althaia tertawa sumbang. “Kalau aku gak bisa milikin kamu, Maudy juga gak boleh milikin kamu,” kata Althaia kehilangan kewarasan.

Nafas Dylan memburu hingga mengenai kulit wajah Althaia. Tangan Dylan beralih untuk mencekik leher Althaia dengan kencang.

“A...adil, k..an? M...maudy harus m...ati,” Althaia masih sempat-sempatnya mengejek Dylan di saat ia tahu hidupnya akan berakhir. Mendengar perkataan Althaia berhasil menyulut emosi Dylan.

Dylan membawa tubuh Althaia ke tepi gedung lantai 10 dengan penuh tekad, Dylan ingin menjatuhkan tubuh Althaia hingga menghantam dasar gedung.

“Lo yang seharusnya mati, Althaia.”

Setelah mengatakan kalimat barusan, Dylan benar-benar menjatuhkan tubuh Althaia dari atas gedung berlantai 10 tersebut. Membuat suara debuman keras yang berhasil menarik perhatian semua orang. Tak mempedulikan Althaia, Dylan langsung menghampiri Maudy yang masih memejamkan matanya. Dengan hati-hati, Dylan membawa tubuh Maudy ke dalam gendongannya untuk menuju rumah sakit.

Althaia menutup novel yang dibacanya dengan kasar. Wajahnya terlihat merah karena emosi.

“Dasar Althaia bodoh! Bisa-bisanya suka cowok brengsek kayak Dylan!” makinya menggebu-gebu.

Ia sangat menyayangkan tokoh Althaia dalam novel yang bertindak bodoh hanya karena cinta. Bahkan Althaia dalam novel bisa nekat melakukan segala cara untuk membuat Dylan bisa jatuh ke pelukannya.

“Kalau gue jadi Althaia, gue gak akan pernah mau berhubungan sama Dylan! Kalau perlu, gue cari cowok yang lebih baik daripada Dylan!” ucap Althaia penuh keyakinan.

Setelah itu, ia merasakan cairan bening mengalir dari ujung matanya. “Apa sih gue lebay banget, cuma karena novel aja sampai nangis kayak gini," katanya dengan tertawa lirih.

Althaia menutup novel yang dibacanya dengan kasar. Setelah itu, ia merebahkan dirinya di tempat tidur. Matanya menerawang langit-langit kamar dengan pandangan menerawang.

“Althaia, nama kita memang sama. Tapi sifat kita beda, kalau Lo cinta mati sama Dylan, maka gue sebaliknya. Gue benci Dylan.”

'*•.¸♡ To Be Continue♡¸.•*'

Hai, aku buat cerita baru lagi😭
Masih dengan tema yang sama seperti cerita Prince. Tapi pastinya dengan alur yang berbeda....

I hope you like this story....
If you have suggestions or input, you can submit them here!🥺🥺

Kira-kira ada yang baca gak ya ceritaku yang ini?😩
Jujur aku setiap buat cerita itu cuma iseng-iseng untuk mengisi waktu luang. Kalau ramai yang baca atau voment ya puji syukur🥺🥺

Hello MaxWhere stories live. Discover now