25. Damai dan Bahagia

13.5K 1.3K 12
                                    

Cuaca hari ini terlihat tak bersahabat. Mendung menutupi cahaya matahari yang menyinari bumi. Angin yang berhembus terasa dingin menusuk kulit.

Namun, kegiatan belajar mengajar tak mungkin diliburkan hanya karena cuaca mendung.

“Dingin banget,” gumam Althaia saat berjalan menuju ruang makan. Tubuhnya sudah rapi terbalut seragam sekolah dan hoodie kebesaran guna menghangatkan tubuh.

Di meja makan sudah terlihat Papa dan Mamanya yang duduk di kursi masing-masing.

“Kak Athena mana?” tanya Althaia bingung karena tak mendapati keberadaan kakaknya di meja makan. Biasanya Athena akan datang lebih dulu dibandingkan dirinya.

“Masih di kamar.”

“Tumben.”

Tak ambil pusing, Althaia langsung menarik kursi di depan Mamanya untuk diduduki. Matanya berbinar melihat berbagai macam menu sarapan yang terlihat menggugah selera.

“Morning everybody!” teriak seseorang membuat Althaia terkejut. Gadis itu mengusap dada pelan karena jantungnya yang berdetak di atas normal.

“Athena kebiasaan,” tegur Papanya dengan tatapan tajam.

Bukannya takut, Athena malah tertawa. Setelahnya langsung mengambil duduk di samping Althaia.

“Mari makan!”

Setelah anggota keluarga lengkap, mereka langsung memakan sarapan dengan khidmat. Tak ada yang membuka suara sebelum makanan di piring benar-benar habis.

“Ma,” panggil Althaia saat sudah menyelesaikan sarapannya. Ia mengambil tisu dan mengelap bibirnya agar terhindar dari makanan sisa.

“Kenapa sayang?”

“Nanti Althaia mau request dimasakin ayam bakar madu, boleh?” tanyanya dengan penuh semangat saat mengatakan ayam bakar madu.

“Boleh, nanti Mama masakin.”

“Yes, thank you Mama.”

“Sama-sama.”

“Tumben Lo request,” ucap Athena dengan kening mengkerut.

“Ya emang kenapa? Gak boleh?!” balas Althaia dengan bersungut-sungut.

Athena memutar bola matanya malas. “Gue cuma nanya. Gak usah ngegas gitu!”

“Athena juga mau Ma, ayam goreng mentega!”

Althaia yang mendengar langsung menginjak sepatu Athena di bawah meja. Membuat empunya meringis kesakitan dan menatap tajam adiknya.

“Papa juga mah request Ma, ikan tuna. Terserah mau Mama masak apa, yang penting dari ikan tuna.”

“Oke, nanti Mama masakin semuanya.”

[Hello Max]

Althaia berlari kecil menuju mobil Max yang terparkir di luar gerbang rumahnya. Ia membuka pintu depan dan langsung duduk di samping laki-laki yang terlihat tampan menggunakan seragam dan kaca mata hitam.

“Tumben pakai mobil?” tanya Althaia seraya memasang sabuk pengamannya.

Max menoleh. “Mendung, takut tiba-tiba di tengah jalan hujan.”

“Udah sembuh?”

Better.”

Althaia mengangguk seraya tersenyum.
“So, how about your relationship with Matthew?”

Hello MaxWhere stories live. Discover now