22. Fakta Baru

14.6K 1.4K 7
                                    

Althaia terdiam melihat Max yang nampak mengetatkan rahangnya. Cengkeraman di stir mobil pun semakin mengencang.

“Ada apa?” tanya Althaia membuka suara. Ia tak suka suasana saat ini. Meskipun sejujurnya perasaan takut akan kemarahan Max melingkupi hatinya.

Max menatap Althaia dengan pandangan yang sulit diartikan. Kemudian kepalanya menggeleng pelan.

Althaia bisa merasakan kebohongan dari Max. Namun, ia merasa sungkan untuk bertanya.

“Lo kenal Matthew? Nama belakangnya sama-sama Archard. Apa kalian saudara?”

Max langsung mengerem mendadak. Beruntung Althaia memakai sabuk pengaman sehingga membuat kepalanya tak terbentur dashboard mobil.

“Bisa berhenti bahas dia?” tanya Max dengan nada dingin. Althaia sampai bergidik ngeri.

“Kenapa? Ada masalah sama Matt?”

“Althaia!”

Max menggeram tertahan. Sebisa mungkin tak melampiaskan amarahnya pada Althaia yang tak mengerti apa-apa. Ini masalahnya dan Althaia tak perlu tahu. Ia tak ingin Althaia mengetahui sisi buruknya. Bukan apa-apa, ia hanya tak mau gadis yang dicintainya harus ikut merasakan sisi kelamnya. Ia hanya mau Althaia hidup bahagia dengannya, tanpa mengetahui luka yang ia simpan dengan rapat-rapat.

Bibir Althaia terkatup rapat. Ia ingin menanyakan lebih lanjut. Namun sepertinya Max tak mau berbicara mengenai Matthew. Dan ia semakin yakin jika Max memiliki hubungan saudara dengan Matthew.

Melihat keterdiaman Althaia membuat Max diliputi perasaan bersalah. Tangannya terulur menggenggam jemari Althaia yang terasa pas di genggamannya.

“Gue cuma gak mau Lo terlibat dalam masalah gue dan dia.”

“Kenapa?”

Kening Max mengernyit.

“Kenapa gue gak boleh tahu urusan Lo sama dia, sedangkan Lo selalu tahu apapun tentang gue?"

Nada bicara Althaia terdengar semakin melirih. Max mengangkat kepalanya untuk melihat wajah Althaia yang terlihat sendu.

“Bukan gitu maksud---,”

“Udahlah. Percuma, Lo masih jadi orang asing buat gue!”

Rahang Max mengeras. Ia tak suka melihat Althaia yang seperti ini. Ia mencengkeram dagu Althaia agar menghadap ke arahnya. Dan tanpa diduga menempelkan bibirnya dengan bibir Althaia. Melampiaskan emosinya yang tertahan.

Penolakan Althaia tak ia pedulikan. Baru setelah merasa kehabisan nafasnya, ia memundurkan wajah dan mengambil nafas.

“LO JAHAT! EGOIS! PEMAKSA!” teriak Althaia dengan kencang. Tak lama terdengar isakan dari bibirnya yang membuat Max kembali diliputi perasaan bersalah. Kecewa pada dirinya sendiri yang menjadi alasan Althaia menangis.

“Maaf.”

Hanya itu yang Max ucapkan. Lidahnya terasa kelu.

“Turunin gue di sini!”

“GAK!”

“Turunin di sini!” ucap Althaia penuh penekanan.

“Sekali gak, tetap gak!”

Althaia yang terlampau emosi memukul kaca mobil dengan kencangnya. Tak peduli jika tangannya terasa sakit dan nyeri.

“LO GILA?!”

Perbuatan Althaia jelas membuat Max membelalak terkejut.

“IYA! GUE GILA! PUAS LO?!”

Max menghembuskan nafas panjang. Emosinya benar-benar diuji mengahadapi Althaia saat ini. Tapi, ia tak akan pernah melakukan kekerasan pada gadis yang ia cintai. Se-emosi apapun dirinya.

Hello MaxTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon