28. Maaf

11.2K 1.1K 9
                                    

“Duduk Althaia!”

“Gak! Bisa langsung to the point?”

Dylan tersenyum miris. Ia mengangguk mengerti. Nampaknya, Althaia sangat menjaga jarak dengannya. Ia maklum. Kesalahannya dulu benar-benar fatal dan tidak bisa dimaafkan.

“Gue minta maaf,” ucap Dylan serius dan tulus.

Sudut bibir Althaia terangkat. “Memangnya Lo melakukan kesalahan apa? Sampai harus minta maaf begini.”

“Maaf untuk semuanya, kesalahan gue di masa lalu. Gue tahu, dengan kata maaf sekalipun gak akan bisa menebus kesalahan gue dulu.” Dylan menarik nafas panjang. Berusaha mengurangi dadanya yang terasa sesak. Tuhan, berapa banyak orang yang dijalaninya dulu hingga karma datang secara bersamaan?

“Kenapa baru sekarang?” Nada suara Althaia terdengar bergetar. Kedua tangan gadis itu mengepal erat di samping tubuh. Melihat wajah Dylan yang baik-baik saja, rasanya ia ingin memaki. Menyalahkan Dylan atas semua yang terjadi di masa lalu.

Dylan bergeming di tempat.

“Setelah trauma yang gue alami karena perbuatan Lo itu, Lo baru minta maaf sekarang? Haha lucu.”

“Maaf,” gumam Dylan sekali lagi.

Althaia berbalik. Tak mengatakan balasan apapun pada Dylan. Bermaksud untuk pergi meninggalkan tempat yang membuatnya merasa muak dan sesak.

Namun, sebelum berhasil pergi, Dylan lebih dulu menarik tangan Althaia. Pandangan laki-laki itu terlihat sendu.

“Setelah ini gue janji gak akan ganggu Lo , gue akan pergi sejauh-jauhnya dari kehidupan Lo dan yang lainnya. Gue benar-benar hancur, apa yang gue punya udah gak ada.”

Dylan menunduk. “Gak ada alasan gue untuk tetap di sini. Setelah ini, gue bakal pergi jauh. Gue harap Lo selalu bahagia. Sekali lagi gue minta maaf. Gue cuma mau pergi dengan tenang, tanpa dibebani perasaan bersalah. Meskipun gue tahu, rasa bersalah itu pasti akan terus mengikuti sampai gue mati.”

“Silahkan pergi sejauh-jauhnya!” ucap Althaia penuh penekanan.

“Lo maafin gue, kan?”

Althaia diam.

“Gue rasa kesalahan dulu terlalu menyakitkan buat Lo. It's ok kalau Lo belum bisa maafin gue. Tapi tolong, maafin kesalahan gue dulu. Entah satu tahun yang akan datang, ataupun puluhan tahun kemudian, gue harap Lo udah maafin gue.” Dylan mengakhiri kalimatnya dengan senyum tipis. Seraya menatap Althaia yang masih diam mematung.

Tanpa menjawab, Althaia langseng melepaskan cekalan tangan Dylan di tangannya. Ia berlari pergi meninggalkan Dylan yang masih termenung. Namun, dalam hati laki-laki itu, terdapat sedikit perasaan lega karena telah menyampaikan permintaan maaf pada orang-orang yang pernah disakitinya dulu. Sungguh ia menyesal telah menyakiti banyak orang. Dan akibatnya kini, karma seakan berdatangan tanpa henti. Membuat kehidupannya hancur.

[Hello Max]

Menghela nafas berulang kali. Itulah yang dilakukan Althaia sejak tadi. Sejak kepulangannya bertemu Dylan, perasaannya mendadak campur aduk. Entahlah, rasanya sangat tak mengenakkan di posisi sekarang ini. Saat seseorang yang menyakitimu terlalu dalam, secara gampang meminta maaf terhadap kesalahan yang diperbuat dulu. Rasanya sangat sulit untuk memaafkan, namun jika tidak dimaafkan, ia merasa kasihan.

Berguling ke kanan dan ke kiri, mencari posisi nyaman untuk memejamkan mata. Namun, nyatanya tak membuat Althaia tertidur. Matanya malah terasa segar hingga untuk terpejam terasa sulit.

“Gue kenapa sih,” ucapnya dengan nada frustasi.

Waktu menunjukkan pukul 23.00, hampir tengah malam dan Althaia belum tertidur. Padahal besok ia memiliki jadwal kuliah pagi.

Hello MaxWhere stories live. Discover now