27. Pilihan

11.4K 1.2K 68
                                    

Hari ini Althaia telah selesai melaksanakan ospeknya. Waktu menunjukkan pukul 11.00 WIB. Seluruh kegiatan telah selesai. Mulai Minggu depan, mahasiswa maupun mahasiswi baru sudah menjalani aktivitas biasa seperti mahasiswa lain. Mengikuti kelas, organisasi, dan kegiatan kampus lain.

Maximilian Archard

Sorry aku gak bisa antar pulang, ada rapat organisasi dan pastinya pulang sore.

Melihat chat yang dikirimkan Max beberapa menit yang lalu, Althaia langsung memesan ojek online untuk pulang ke rumahnya. Ia memutuskan untuk menunggu di depan gerbang kampus.

“Althaia.”

Seseorang memanggil Althaia dengan nada lirih. Namun, pemilik nama masih mampu mendengarnya dengan jelas.

Bola mata Althaia membelalak melihat seorang laki-laki yang sangat ia kenal berdiri tak jauh darinya.

Tanpa sadar, tubuh Althaia bergetar kala laki-laki itu semakin mendekat ke arahnya.

“Bisa kita bicara?”

“Pergi!”

“Althaia, gue mohon.”

“Pergi, Dylan. Pergi!”

Althaia mengedarkan pandangan ke seluruh arah. Berharap tak dapat melihat wajah Dylan yang memuakkan. Kilasan memori masa lalu memenuhi pikirannya, hingga membuat rasa trauma itu muncul.

“Please, gue perlu bicara sama lo.”

Sepertinya keberuntungan memihak Althaia, ojek online yang dipesannya sudah datang. Tanpa membuang waktu lama lagi, ia langsung naik dan memerintahkan tukang ojek tersebut untuk segera pergi membawanya pergi dari kampus.

Sedangkan Dylan yang melihat Althaia menjauh hanya mampu menghela nafas panjang. Kakinya melangkah pergi. Ia berjanji pada dirinya sendiri untuk menemui Althaia. Meskipun mendapat penolakan, ia tak akan menyerah begitu saja.

[Hello Max]

Setelah membayar ongkos ojeknya, Althaia langsung berlari masuk ke dalam rumah.

Kedatangannya dengan wajah pucat dan terkesan terburu-buru membuat sang Mama terheran-heran.

“Kamu kenapa? Sakit? Mukamu pucat.”

Althaia terkesiap. Saking pikirannya berkelana kemana-mana, ia sampai tak menyadari keberadaan Mamanya di depan.

“Althaia baik-baik aja, hanya sedikit pusing.”

Mendengar itu, Mama Hani langsung menatap wajah anaknya dengan khawatir. Ia menempelkan telapak tangannya di kening Althaia.

“Kamu cepat istirahat di kamar, Mama akan bawakan makan dan obat.”

“Terima kasih, Ma.”

Althaia langsung pergi menuju kamar. Merebahkan diri di atas kasur empuknya seraya memejamkan mata.

Bayangan wajah Dylan yang datang membuatnya reflek membuka mata. Nafasnya memburu. Kenapa pria brengsek itu tiba-tiba datang dan kembali mengganggunya?

Larut dalam lamunannya hingga tak sadar jika Mama Hani telah datang dengan nampan berisikan makanan dan obat.

“Althaia.”

Althaia menoleh.

“Makan dulu, setelah itu minum obat.”

Hello MaxWhere stories live. Discover now