19. Malam Bahagia

16.2K 1.7K 9
                                    

HALO HALO
APA KABAR SEMUA?
TERNYATA UDAH 1 BULAN MAX ALTHAIA GAK UPDATEಥ_ಥ
MAAF GAISSSSS

Yang udah mulai UAS, semangat ya. Jangan lupa belajar. Semoga dapat nilai yg memuaskan

HAPPY READING
DAN JANGAN LUPA VOTE KOMEN
SHARE JUGA YA😍😍😍❤️❤️❤️

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Suasana restoran bintang lima malam ini cukup ramai. Hampir seluruh meja terisi penuh oleh pelanggan yang sedang berkunjung.

Seorang gadis nampak duduk di kursinya dengan perasaan cemas. Matanya terus melirik pintu restoran untuk melihat apakah orang yang memintanya bertemu akan datang.

Merogoh Sling bag untuk mengambil ponsel, ia berdecak karena ponselnya mati. Alhasil, ia hanya bisa berdiam seraya menunggu.

Tak sampai sepuluh menit, kursi di depannya berderit. Ia mendongak dan langsung menemukan pria paruh baya dengan wajah yang terlihat angkuh.

“Althaia? Benar?” tanyanya basa-basi.

Althaia mengangguk, memaksakan senyum tipis sebagai bentuk kesopanan. Meskipun dalam hatinya berteriak takut dan gugup.

“Ah ya, perkenalkan saya Anggara, kakek dari Maximilian Archard. Saya yakin kamu pasti tahu cucu saya tersebut.”

“Iya.”

“Santai saja, saya tidak akan berbuat macam-macam padamu. Lebih baik kita pesan makanan terlebih dahulu.”

Anggara memanggil waiters. Memesan beberapa makanan untuknya sendiri dan gadis di depannya. Sepeninggal waiters tersebut, Anggara berdehem, seakan meminta perhatian Althaia untuk fokus padanya.

“Jadi, saya tidak akan berbasa-basi. Jika saya meminta suatu permintaan padamu, apa kamu akan menyanggupinya? Tidak berat, dan saya akan memberikan apapun untukmu.”

“Apa itu?”

“Menjauh dari cucu saya.”

Althaia memilin ujung gaun yang dikenakannya. Entah kenapa mendengar perkataan santai yang dilontarkan oleh Anggara barusan, emosinya mendidih.

“Saya tidak mau!” tolaknya dengan keyakinan yang mantap.

Sekilas, Althaia bisa melihat raut terkejut dari Anggara. Namun sepertinya kakek dari Max tersebut pandai menyembunyikan ekspresi. Terbukti dari rautnya yang sudah berganti menjadi senyum kecil.

“Apa alasan kamu menolak permintaan saya? Padahal, permintaan saya mudah. Kamu bahkan bisa menemukan laki-laki yang lebih baik dari cucu saya. Kamu cantik, pasti banyak laki-laki yang mau denganmu.”

“Tidak ada alasan khusus. Karena menurut saya, Max adalah laki-laki terbaik. Dan juga, saya lebih memilih Max daripada mencari laki-laki lain di luar sana.”

Althaia menghembuskan nafas panjang. Mencoba meredam emosinya yang tiba-tiba naik. Jujur ia ingin segera pergi dari sini. Rasanya terlalu muak mendengar kalimat demi kalimat dari Anggara yang menyuruhnya menjauh dari Max.

Hello MaxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang