23. Awal Kehancuran

14.2K 1.4K 9
                                    

Pagi ini, Internasional High School dihebohkan dengan berita yang menyeret nama orang tua Dylan sebagai tersangka. Hampir seluruh murid tak henti-hentinya membicarakan masalah tersebut hingga rasanya terlalu muak mendengar lorong demi lorong yang dipenuhi berita orang tua Dylan.

“ALTHAIA TUNGGU!!”

Teriakan itu berhasil membuat langkah kaki Althaia yang ingin menuju kelas terhenti. Tubuhnya memutar untuk melihat seseorang yang meneriaki namanya. Ternyata Grace.

“Gila sih semua murid bahas Dylan.”

Grace mengucapkannya dengan nada bersungut-sungut.

“Tapi gue senang. Akhirnya kehancuran Dylan ada di depan mata. Lo tahu?” Grace menggantungkan kalimatnya. Menatap ke arah Althaia dengan raut misteriusnya.

Althaia mengangkat sebelah alis. Meminta Grace untuk melanjutkan kalimatnya barusan.

“Di mading sekolah ada beberapa foto Dylan dan Maudy yang berbuat mesum.”

“Serius?”

“Iya. Gue udah lihat tadi, Lo mau lihat? Ayo gue temani.”

“Siapa pelakunya?”

Grace menggeleng. “Gue gak tahu. Tiba-tiba tadi pagi salah satu murid udah lihat di mading ada foto mereka.”

Althaia terdiam. Tak mungkin kan Papanya? Atau ada seseorang lain yang berusaha menjatuhkan Dylan? Tapi siapa?

“Terus mereka berdua gimana? Bukannya ini masalah serius?”

“Gue dengar dari akun gosip sekolah, Dylan dan Maudy dipanggil ke ruang BK. Semoga aja mereka di DO.”

Althaia mengangguk sebagai balasan. Keduanya berjalan beriringan menuju kelas.

Namun, di tengah perjalanan, keduanya berpapasan dengan Dylan yang berwajah tak mengenakkan. Terlihat amarah yang membara.

Perasaan Althaia mendadak tak enak. Ia menggenggam tangan Grace dengan erat.

“Brengsek! Ini semua karena Lo sialan!” maki Dylan saat berada tepat di samping Althaia.

Grace langsung pasang badan melindungi Althaia. “Salah Althaia? Please, Lo punya kaca, kan? Semua perbuatan Lo yang ngelakuin bareng Maudy, terus apa hubungannya sama Althaia? Gak jelas banget bego!”

Dylan semakin terbakar amarah. Ia mendorong tubuh Grace hingga tersungkur. Tangannya kini memojokkan Althaia hingga membentur tembok. Ringisan keluar dari mulut Althaia, namun tak membuat Dylan menghentikan aksinya.

Para murid yang melihat pun tak berani memisahkan karena takut melihat Dylan yang kalap.

“Karena Lo, gue hancur!”

Tangan Dylan terangkat untuk mencekik leher Althaia. Nafas Althaia tersengal-sengal. Wajahnya memerah.

“Lepas!” ucapnya lirih.

“Lo harus mati, bitch. Lo harus bayar kehancuran gue dengan kematian lo.”

Althaia pasrah. Ia tak mampu melepaskan tangan Dylan yang mencekiknya. Tubuhnya terasa lemas.

Sebelum kesadarannya terengut, ia bisa mendengar suara pukulan yang diikuti suara erangan kesakitan. Bersamaan dengan itu, cekikan di leher Althaia terlepas. Membuat gadis tersebut berusaha meraup oksigen sebanyak-banyaknya.

“MATI LO SIALAN!”

“GUE AKAN SERET LO KE NERAKA!”

Hello MaxWhere stories live. Discover now