17

17.8K 1.1K 88
                                    

Gulf mengerjapkan kedua matanya berusaha menerima cahaya yang masuk, tubuhnya sangat kaku bahkan ia tidak dapat menggerakkannya.

Ia menoleh kesamping melihat seorang laki-laki yang tidur dikursi samping ranjangnya dan juga ia melihat dua orang yang tidak asing, papa dan mama nya.

Keduanya sedang memeluk satu sama lain, dengan tangisan yang dapat gulf dengar, apa sedang menangisinya?

"sebentar lagi dokter bakalan datang untuk lepas semua alatnya, kamu harus bisa menerima ini semua, mungkin memang ini yang gulf inginkan" ujar papa gulf.

"seharusnya aku menahan dia dirumah, seharusnya aku bisa membuatnya merasa nyaman, seharusnya aku tidak membiarkan dia berpamitan untuk pulang"

"tidak ada yang perlu disesali, gulf kita berhak memilih jalannya sendiri"

"aku tidak pernah mengucapkan kata maaf kepadanya, aku selalu berlaku buruk"

"sudah sudah, anak kita harus bahagia"

Air mata gulf menetes, ia berusaha memanggil kedua orangtuanya namun suaranya sangat sulit untuk keluar, bahkan jari pun tidak bisa ia gerakkan.

Entah untuk apa gulf menangis, ia hanya kembali merasa bersalah untuk kekacauan yang ia ciptakan, ingatannya kembali saat kecelakaan pagi itu. Ia merasa buruk saat membuat kedua orangtuanya bersedih.

"ma...pa" panggil gulf dengan suara yang sangat pelan, bahkan terkesan hanya menggerakkan bibir saja dan itu juga percuma karena mulutnya tertutup alat bantu pernafasan.

Gulf tidak tau bagaimana cara agar mereka menyadari bahwa gulf telah sadar, orang yang berada didekatnya hanya lelaki yang sedang tertidur ini, namun ia tidak tau itu siapa.

Gulf menghela nafasnya karena tidak bisa berbuat banyak, ia hanya pasrah menunggu seseorang menyadari bahwa ia telah sadar.

Melihat-lihat pria yang tertidur sambil menyembunyikan wajahnya dilipatan tangan ini sepertinya gulf kenal, tapi siapa? Bisa kah dia sedikit bergerak dan memperlihatkan sedikit wajahnya agar gulf bisa memanggil pria itu.

"apa phi ken?" pikir gulf.

Tidak tidak, bahu ken tidak selebar ini, memangnya gulf tidak sadar berapa lama sehingga bahu ken bertambah lebar?

Pria itu perlahan mulai terusik, menampakkan sedikit bagian wajahnya dan membuat gulf menyadari siapa dia.

"phi mew" panggil gulf pelan saat melihat bagian alis pria itu.

"phi" gulf masih berusaha agar mew menyadarinya.

Gulf menghembuskan nafasnya kasar saat usahanya sia-sia dan tidak satupun yang menyadarinya.

"tidur lagi aja deh" batin gulf.

Mungkin belum puas tidur selama tiga bulan, gulf kembali memejamkan matanya dan tak lama ia pun tertidur.

Setengah jam setelah itu dokter dan suster masuk kedalam ruangan, sesuai dengan keputusan keluarga bahwa hari ini seluruh alat yang terpasang akan dilepaskan.

Mew juga sudah bangun dari tidurnya, ia terus berada disamping gulf sampai dokter memintanya untuk sedikit menjauh karena mereka akan melepaskan alat-alat itu.

Tangisan semakin keras terdengar setelah ibu dan ayah gulf memeluk putra bungsunya itu bergantian, Ken tidak datang karena dia tidak akan pernah melepas kepergian adik kesayangannya.

Tangan gulf kini sudah tidak terpasang infus, kini giliran alat bantu pernafasan, saat alat itu perlahan dilepaskan, tiba-tiba ada tangan yang menahannya.

Dokter kaget karena gulf membuka kedua mata dan menahan tangannya yang akan melepaskan alat bantu pernafasan itu.

"mau bunuh saya?" tanya gulf dengan suara yang sangat kecil dan tatapan yang tajam.

SugarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang