PART 24

4.7K 928 48
                                    

PART 24

Mae dan yang lain tak membiarkan Bintang melakukan apa yang Bintang ingin lakukan. Mereka menculik Bintang dan membawa Bintang ke rumah Diva, yang menurut lainnya adalah tempat paling tepat karena kamarnya yang besar juga orangtuanya yang sibuk.

Mereka membuat Bintang seperti seorang pelanggan sebuah salon kecantikan dan mereka adalah para pegawainya. Terkadang Bintang berpikir kelima cewek itu sedang bermain Barbie pada Bintang yang sudah menyerah setelah sekian lama mengamuk. Bagaimana pun, kelima cewek itu tak bisa membuat Bintang kabur. Satu-satunya cara agar Bintang kabur adalah memukul mereka sampai pingsan—tapi itu tak mungkin. Bintang tak siap melakukan sedikit kekerasan pada cewek-cewek seperti mereka. Di rumah orang pula.

Di kamar mandi, Bintang menurut ketika mereka memandikan Bintang seperti seorang Lady di atas bathup yang penuh busa. Setelah itu, Bintang dibawa ke kamar Diva. Muslimah dan Acha mengutak-atik ujung kuku Bintang dengan sebuah cat kuku warna-warni. Ajeng bertugas mengeringkan rambut Bintang dengan hair dryer sambil bernyanyi.

Diva datang membawa sebuah mangkuk yang isinya mereka aduk dengan sebuah stik. Sementara di sampingnya ada Mae yang memegang sebuah lembaran mirip kertas.

"Lo di sebelah sana. Gue di sebelah sini." Mae menunjuk sisi kanan kaki Bintang, lalu menunjuk sisi kanan kaki Bintang di mana dia berada.

"Kalian mau ngapain?" tanya Bintang ketika mereka mengambil posisi. Muslimah dan Acha sibuk mengecat kuku Bintang dengan teliti.

"Oh. Nyabut bulu kaki lo," balas Diva, yang membuat Bintang menarik kakinya sehingga membuat Muslimah dan Acha terkejut dan menumpahkan 5 botol cat kuku.

"GILA LO?" teriak Bintang sambil menjauh ke sudut ruangan, meninggalkan Ajeng yang masih memegang hair dryer yang berbunyi. "Kalian jadiin gue bahan eksperimen kalian nggak apa deh. Asal jangan nyabut bulu kaki gue. Gila aja. Gue kesakitan nyabut bulu jempol kaki gue. Apalagi bulu kaki gue sebanyak itu? Dan gue nggak mau bulu kaki gue jadi cepat panjang karena kalian. Berhenti di sana atau gue bakalan terpaksa pakai cara terakhir gue untuk kabur."

"Ini nggak sakit. Serius," kata Diva sambil mengangkat mangkuk kecilnya.

"Lo tenang dulu oke?" Mae mengangkat kedua tangannya. "Nggak sakit, kok. Dan bulu kaki lo nggak akan tumbuh cepat. Ayo sini. Biar kaki lo bersinar."

"Sialan. Gue nggak mau!" seru Bintang dengan panik. "Terserah gue dong punya bulu kaki. Buat apa juga dicabut? Nanti tumbuh lagi. Bikin repot aja."

Mae menghela napas panjang. "Ya udah, deh. Gue jujur ya. Tadi kami masih rahasian kan? Ini hari spesial. Malam ini lo dan Baskara bakalan kencan. Jadi, lo harus terlihat perfek."

Muslimah mengangguk-angguk. "Biar kalau Baskara megang kaki lo, dia nggak akan ngerasa kasar."

"APA?!" Bintang histeris. "Apa yang ada di otak kalian sih sampai mikir ke sana? Ngapain juga Baskara megang-megang kaki gue? Dan apa lo bilang? Kencan? Siapa yang kencan?"

"YA LO DAN BASKARA!" teriak mereka berlima bersamaan.

"Aduh. Kalian bikin gue stres." Bintang mengarahkan tangan kirinya ke depan dan tangan kanan yang memijat pelipis. "Gue bakalan ke sana dan ngikutin kemauan kalian asal jangan cabut bulu kaki gue. Oke?"

Mereka berlima membentuk lingkaran dan berbisik-bisik. Sesekali Mae melirik Bintang dan itu hanya bisa membuat Bintang geleng-geleng kepala.

"Oke. Setelah diskusi, kami setuju. Asalkan lo bersedia pakai baju apa pun yang kami saranin," kata Mae.

"Ya, ya. Terserah. Paka bikini juga terserah. Asal jangan cabut bulu kaki gue," kata Bintang asal, lalu dia kembali duduk di kursi semula sementara yang lain cekikikan. Mereka tahu Bintang sedang kesal, tetapi mereka justru menikmati itu.

Matahari Dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang