PART 37

3.7K 764 91
                                    


PART 37

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PART 37

"Hm...?"

Bintang menoleh tekejut setelah mendengar suara berat seseorang di sampingnya. Rencana yang dibuatnya untuk kabur belum selesai, tetapi cowok itu sudah bangun. Bintang bergerak dengan cepat dan waspada dengan cara turun dari tempat tidur dengan begitu tergesa-gesa, tetapi cowok itu tak kalah cepat menarik pergelangan tangan cewek itu dan menghantamnya ke tempat tidur.

Bintang meringis menahan sakit di punggung dan pergelangan tangannya.

Pemilik unit apartemen bernama Baskara itu menatap Bintang dengan amarah. "Lo siapa?"

"Kakak yang siapa?!" tanya Bintang dengan suara tinggi. Bintang memegang bibirnya karena menyadari suaranya yang aneh. Bintang pikir tenggorokannya sedang bermasalah sekarang.

"Kenapa lo bisa ada di kamar gue?"

"Aku yang harus tanya kenapa aku bisa ada di sini?" Bintang menarik tangannya yang dipegang Baskara, lalu menggigit lengan cowok itu sampai Baskara melepaskan Bintang lalu turun dari tempat tidur.

Rasa sakit di lengannya akibat gigitan cewek asing itu tak lagi dia pedulikan. Dia sedang memikirkan kemungkinan dari penyebab mengapa ada cewek di kamarnya.

Hanna menyuruh seseorang untuk menyusup ke rumahnya? Tak mungkin Hanna mengandalkan seorang cewek untuk mengganggunya. Itu mustahil. Satu jawaban yang paling memungkinkan, yaitu para mahasiswa sialan di luar sana sengaja membawa cewek untuknya.

Bintang sudah berdiri di dekat jendela membawa sandal yang dia temukan di bawah tempat tidur. Bintang menemukan ide untuk kabur lewat jendela, tetapi dia terkejut melihat lokasi kamar itu berada jauh dari jalanan. Bintang beralih ke balkon dan membuka pintunya, lalu mundur perlahan dan pusing karena tak ada jalan untuk kabur selain pintu kamar.

Bintang berjalan ke dekat Baskara, tetapi tetap memberikan jarak untuk waspada. "Kakak siapa? Kenapa aku di sini? Kakak penculik, ya? Iya, kan!"

Pertanyaan Bintang itu membuat Baskara jadi memikirkannya. "Gue ... nyulik lo?"

"Iya," balas Bintang cepat. Lagipula dia tak mengingat apa pun. Satu-satunya jalan untuk kabur adalah dia harus keluar dari tempat itu, lalu lari sekencang-kencangnya.

Cowok itu pasti penjahat! Bintang membatin sambil menambah sikap waspadanya.

"Gue nyulik lo di mana?" tanya Baskara, lalu mendekat.

Bintang mundur perlahan dan memalingkan pandangan. "Mana aku tahu? Kan Kakak yang nyulik aku."

"Perasaan gue nggak bawa cewek pulang." Baskara mendekati Bintang, membuat cewek itu mengacungkan sandal milik Baskara.

"Jangan mendekat!" seru Bintang sambil menatap tubuh atas Baskara yang telanjang. Cowok itu lalu memasuki kamar mandi tanpa mengatakan apa-apa.

Bintang mendekati pintu dan mendekatkan telinganya di sana. Dia mendengar suara berisik beberapa orang yang semuanya adalah suara cowok. Bintang tak bisa ke mana-mana. Di luar sana ada sekumpulan cowok yang juga komplotan pemilik kamar ini.

Bintang melihat Baskara keluar dari kamar mandi, lalu memakai baju yang baru saja diambilnya dari lemari. Baskara lalu menatap Bintang dengan tatapan serius.

"Hei, lo ingat semalam kita ngelakuin apa?"

Pertanyaan Baskara membuat raut wajah Bintang berubah keheranan.

"Nggak inget, ya? Gue juga." Baskara memegang kepalanya. "Oh, bisa aja lo cewek random yang gue bawa pulang.... Hah, sial." Mau dia berpikir sekeras apa pun, dia yakin tak minum. Apalagi membawa cewek ke kamarnya.

Sejauh ini, dia belum pernah tertarik dengan perempuan.

Baskara menutup wajahnya karena tak ingat apa pun soal cewek itu. Dia ingat dengan jelas bahwa dia tak menyentuh alkohol sedikit pun. Di luar sana adalah mahasiswa semester 5 yang semalam membawa Baskara ke klub untuk merayakan umur Baskara yang sudah menginjak 17 tahun—yang bahkan acara itu tak diinginkan Baskara sama sekali.

"Lo panik lo udah nggak perawan?" Baskara melirik Bintang yang masih ada di dekat pintu. "Gue di sini juga panik kalau udah nggak perjaka lagi."

Perawan? Perjaka? Apa itu? Bintang bingung, tetapi memilih untuk tak peduli dan menggerakkan gagang pintu yang tak bisa terbuka.

"Dan sepertinya kita seumuran atau umur kita nggak beda jauh. Nggak perlu anggap gue Kakak. Badan gue emang agak lebih dewasa dari umur asli, tapi gue beneran masih 17 tahun. Kalau pun lo masih muda, paling 16 ... 15?"

Bintang memandang Baskara dengan tatapan tak terima. "Aku masih 10 tahun!"

"10 tahun?" Baskara menoleh kaget, lalu mengamati cewek itu dari atas sampai bawah. "Gue bisa bedain mana muka imut anak 10 tahun dan muka imut remaja seumuran gue. Dan postur lo juga nggak mungkin 10 tahun."

Bintang kembali sibuk membuka pintu sementara Baskara menatap cewek itu dengan menaikkan alis karena bingung.

"Hei? Pasti ada jejak kalau kita ngelakuin itu, kan?" tanyanya pada Bintang yang tak digubris sama sekali oleh cewek itu. Telunjuk Baskara mengarah ke tempat tidur. "Lihat bahkan tempat tidurnya baik-baik aja. Nggak ada tanda-tanda habis dipake guling-gulingan."

Bintang masih tak memedulikannya.

"Jangan-jangan lo maling dan berhasil masuk apartemen gue?" tanya Baskara lagi.

Tangan Bintang berhenti bergerak. Dia melirik Baskara, lalu menggaruk kepalanya yang tak gatal. Dia memberikan respons salah tingkah yang membuat Baskara justru curiga. Jawaban dari penyebab mengapa dia bisa ada di tempat itu salah satunya adalah dia menyusup ke tempat tinggal orang lain. Meskipun dia tak ingat, justru karena dia tak ingat itu dia jadi ragu bahwa dia tak bersalah.

"Itu ... anu." Tangan Bintang bergerak ke atas, ke bawah, lalu ke samping kanan.

"Oh. Beneran maling...." Baskara mendekat dan tersenyum smirk melihat Bintang berusaha membuka pintu, tetapi cewek itu terlalu gugup jadi tak tahu bahwa dia harus membuka kuncinya dulu. "Lo jangan ke mana-mana dulu sebelum gue interogasi."

BRAK

Gebrakan dari luar pintu membuat Bintang mundur dan jatuh ke pelukan Baskara dari belakang.

"Jangan harap untuk kabur," bisik Baskara, melingkarkan lengannya di perut Bintang. "Pencuri kecil."

***


thanks for reading!

love,

sirhayani

Matahari Dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang