PART 30

5K 789 45
                                    

PART 30

Sekitar lima siswi kelas X sedang berbincang-bincang sembari tertawa menuju taman sekolah yang cukup ramai. Ketika mereka tiba di dekat sebuah tempat yang memang menjadi tujuan awal mereka, mereka langsung menghentikan langkah dan terkejut.

Seluruh siswi itu memutar tubuh dengan canggung dan menjauh dengan buru-buru setelah melihat di bawah pohon rindang taman itu ada seorang siswa yang berbaring di paha seorang siswi.

"Mereka orang ke berapa yang udah lo buat salah paham?" tanya Bintang dengan suara dan wajah yang datar. Wajahnya tak bisa dilihat oleh Baskara di bawahnya karena buku bacaan Bintang yang menghalangi pandangan mereka satu sama lain.

Baskara hanya menggumam tak jelas. Bintang mengintip Baskara sebentar dan melihat kedua mata Baskara yang terpejam. Bintang menggeleng-geleng. Bagaimana pun dia berusaha membuat Baskara bangun, cowok itu tak akan mau sampai Bintang mengamuk. Namun, Bintang tak pernah mengamuk lagi karena menghadapi Baskara dengan luapan emosi hanya akan membuatnya lelah sendiri.

Sehingga Bintang sudah terbiasa dengan sikap Baskara dan tak peduli lagi dengan itu. Sudah menjadi kesalahpahaman umum bahwa mereka adalah pasangan kekasih karena sering terlihat bergandengan tangan di sekolah.

Dekat dengan Baskara ada untungnya bagi Bintang, yaitu dia bisa menjalani hari-harinya di sekolah dengan normal walau dengan sedikit teman karena masih banyak yang tak mau dekat dengannya, tetapi dekat dengan Baskara membuat mereka tak mengganggu Bintang dengan terang-terangan lagi. Saras dan Tari menganggap Bintang antara ada dan tiada. Begitupun dengan murid lain di kelasnya.

Sejak hari di mana Bintang menjenguk Baskara, mereka telah menjalani hari-hari dengan sebuah ikatan kontrak tak resmi yang berjalan lancar. Bintang menjalani semuanya tanpa memikirkan mesin waktu yang sebelumnya membuatnya pusing. Dia berhasil menjalani hari-harinya dengan bersikap tak mau peduli pada mesin waktu sampai apa yang sebenarnya terjadi tiba waktunya.

Andai Bintang tak tersugesti oleh mesin waktu, maka dia dan Baskara tak akan sedekat ini.

Jemari Baskara merengkuh pergelangan tangan Bintang, lalu menggeser tangan Bintang yang memegang buku. Tanpa penghalang itu, kini mereka bisa saling pandang. Bintang mengarahkan buku itu untuk menutupi setengah wajahnya karena merasa malu dilihat Baskara dari bawah.

"A... pa?" tanya Bintang.

Baskara tersenyum miring. Tangan cowok itu bergerak kembali memainkan rambut Bintang yang semakin panjang. Bintang tak bisa protes. Ketika mulutnya terbuka, maka dia akan mengeluarkan kalimat-kalimat yang membuat siapa saja tahu bahwa dia sedang salah tingkah.

Banyak momen di antara mereka menumbuhkan perasaan yang tak biasa di hati Bintang. Bintang tak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya, tetapi setiap kali melihat Baskara perasaannya langsung berubah.

Semakin berjalannya waktu, Bintang jadi tahu bagaimana bersikap biasa di depan Baskara walaupun sepanjang waktu hatinya selalu merasa campur aduk.

***

Apa pun yang diinginkan oleh hati Bintang pada Baskara—yang tidak dimengerti oleh Bintang sendiri itu—, yang terpenting bagi Bintang adalah perasaan nyaman dengan keakraban di antara mereka yang seperti ini.

Bintang tak menyangka bisa dekat dengan orang yang terkenal gila. Namun, setelah mengenal Baskara lebih jauh, Baskara tak segila yang orang-orang tahu.

Bahkan Bintang merasa di antara dirinya dan Baskara ada persamaan yang tak bisa dia jelaskan dengan kata-kata.

"Nggak capek, kan?" Bintang menoleh pada Baskara di sampingnya dan melihat kondisi cowok itu dari atas sampai bawah. Sejak kapan dia membuka kemeja sekolahnya? Kemeja sekolahnya terlilit di perutnya sehingga yang cowok itu gunakan sekarang adalah kaos hitam dan celana abu-abunya.

Matahari Dan BintangWhere stories live. Discover now