PART 27

4.2K 848 82
                                    

PART 27

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PART 27

Sudah seminggu berlalu. Bangku di samping Bintang kosong sejak hari setelah pertemuan terakhirnya dengan Baskara malam itu. Mae dan yang lainnya juga berhenti heboh di hari kedua karena respons Bintang yang diam tiap kali mereka bertanya apa yang terjadi di antara dirinya dan Baskara malam itu.

Tak ada keterangan setiap kali Baskara absen. Namun, pagi ini Yoga membawa sebuah surat keterangan sakit Baskara dari dokter. Seketika kekhawatiran Bintang semakin tinggi. Bintang jadi bertanya-tanya apakah ketidakhadiran Baskara ada hubungannya dengan ucapannya pada Baskara malam itu?

Cowok itu membuat Bintang terus memikirkannya. Hari-hari yang Bintang lewati terasa hampa.

Baskara juga tak mengatakan apa-apa padanya setidaknya lewat nomor ponsel karena mereka sudah bertukar kontak. Bintang menunggu Baskara yang menghubunginya lebih dulu atau setidaknya Baskara bisa mengatakannya lewat Yoga.

Mungkin sampai sebulan kemudian pun, Baskara tak akan mengajaknya bicara lagi kecuali Bintang yang mengajak duluan.

"Ck." Bintang menyembunyikan wajahnya di atas lipatan lengan sambil berpikir keras. Siswa-siswi di kelas itu sudah paham bagaimana Bintang selama seminggu ini. Dia tak ingin diganggu geng Barbieberry. Tak peduli juga dengan ejekan dari siswa-siswi yang masih mengungkit dirinya yang mantan anak jalanan.

Bintang mengambil ponselnya dan mengirimkan pesan kepada Baskara.

Bintang: kirim alamat lo. gue mau ke sana pulang sekolah nanti. kalau nggak lo bales, artinya kita nggak ada hubungan apa-apa lagi

Bintang: maksud gue soal kontrak di antara kita bakalan putus

Bintang: maksud gue berakhir.

Baskara: bentar

Baskara: tunggu

Baskara: gue lagi nyari alamat lengkap

***

"Har, gue bilang minum obat ya minum obat!" Aksa, teman laki-laki Baskara yang merupakan seorang mahasiswa, berdiri di samping tempat tidur Baskara sembari berkacak pinggang. "Kenapa pula lo dari tadi dikit-dikit lihat HP? Dikit-dikit lihat jam? Nungguin siapa?"

Sejak terbangun dari tidur dia merasa tak tenang. Mimpi yang dialaminya semalam terasa nyata. Baskara terbangun dan mencari Bintang di seluruh ruangan dan tak menemukan Bintang sampai dia tersadar bahwa mimpi yang terasa sangat nyata itu adalah memang hanyalah mimpi.

Saking terasa nyatanya, ketika terbangun Baskara merasa kehilangan dan kehampaan yang dalam.

Baskara melihat jam di ponselnya. Seharusnya Bintang sudah bisa sampai. Tak lama setelah dia berpikir begitu, sebuah pesan datang dari Bintang.

Bintang: Gue udah di bawah

Baskara langsung berdiri dan linglung. Aksa menarik bahunya dengan paksa lalu menyemprotnya habis-habisan. "Sadar, Bro! Lo kenapa, sih, dari tadi? Kayak kena gendam, asli."

Baskara menepis tangan Aska. "Gue mau ke lobi jemput temen. Sekarang lo boleh pulang."

"Wah, lo ngusir gue? Gue ke sini karena khawatir banget, loch," balas Aska agak genit. Baskara menatapnya tajam. "Siapa namanya? Gimana ciri-cirinya? Biar gue jemput. Lo di sini aja, oke? Istirahat dengan tenang."

Aksa mendorong Baskara ke tempat tidur.

"Jangan ke mana-mana. Habis ini gue bakalan pulang. Siapa nama temen lo? Anak SMA?"

"Yo'i," balas Baskara. "Namanya Bintang. Cewek."

"Siap." Aska yang baru akan berbalik, kembali menatap Baskara. "Ce ... wek?"

Baskara menatapnya dengan tanpa ekspresi. Aska melanjutkan pekerjaannya dan tak berani bertanya-tanya lagi.

Baskara merebahkan dirinya ke tempat tidur dan menutup matanya dengan lengan. Meski dia sangat ingin menjemput Bintang, tetapi tubuhnya tidak mau berdamai dengan keadaan.

Beberapa hari ini dia memang sedang malas ke sekolah. Bukan pertama kalinya dia seenaknya keluar-masuk sekolah seperti itu. Kali ini lebih lama karena dia sakit. Selama beberapa hari ini dia merenungkan semua yang dia lakukan dan memikirkan kata-kata Bintang di pertemuan terakhir mereka.

Benar. Tujuan utama Baskara menjadikan Bintang pacar adalah agar dia bisa memegang tangan Bintang lebih akrab dari biasanya.

Baskara tak mengerti definisi pacaran yang sebenarnya dan tak peduli tentang itu.

***

Bintang sudah berdiri cukup lama di lobi sebelum dia menghubungi Baskara. Sekarang dia menunggu kedatangan seseorang yang dia pikir adalah Yoga, tetapi ternyata bukan. Seorang cowok mendekatinya dan mengarahkan telunjuk kepada Bintang dengan wajah bertanya-tanya.

"Bintang bukan?" tanya cowok itu. "Nama gue Aska, temennya Baskara."

Bintang mengangguk singkat.

"Ya udah, Baskara nungguin lo." Aska berjalan lebih dulu dan menoleh pada Bintang. "Temen apa temen?"

"Temen...," balas Bintang dengan suara pelan. Siapa saja selalu tak percaya dengan pertemanan lawan jenis.

Aska dan Bintang memasuki lift. Aska diam-diam memandang Bintang dari samping sambil mengingat-ingat sesuatu sementara Bintang sibuk dengan pikirannya sendiri. Aska menggaruk pelipisnya dengan dahi penuh kerutan karena berpikir sangat dalam.

Tak tahan dengan rasa penasarannya, Aska akhirnya bertanya. "Sori gue mau nanya, apa ini pertama kalinya lo ke sini?"

Bintang terdiam sesaat saat dipandanginya wajah Aska yang penuh tanda tanya. "Iya."

Aska mengangguk-angguk, lalu menggeleng gelisah. Sikap Aska menjadi perhatian Bintang dan membuat pikiran Bintang mengarah pada mesin waktu.

"Memangnya kenapa?" tanya Bintang.

"Oh, enggak." Hanya itu yang Aska katakan. Dia tak mengatakan apa pun lagi sampai lift terbuka. Mereka tiba di lantai tujuan dan Aska keluar lebih dulu, lalu dia mempersilakan Bintang.

Bintang mengikuti Aska dari belakang. Aska membuka sebuah unit apartemen dan mempersilakan Bintang masuk. Bintang membuka sepatunya dan berjalan perlahan sembari menunggu Aska menuntunnya ke tempat keberadaan Baskara sambil melihat-lihat sekeliling.

Ruangan yang minimalis.

"Eh, eh. Lo langsung ke kamar aja. Gue kebelet mau ke kamar mandi." Aska melambai-lambaikan tangannya sambil terbirit-birit.

Bintang melihat ada dua kamar. Tak tahu di mana Baskara, Bintang memutuskan untuk membuka kamar yang dekat dengan perasaan campur aduk. Ini pertemuan mereka secara langsung setelah konflik batin di antara mereka seminggu lalu.

Bintang membuka pintu kamar itu dengan perlahan dan melihat seseorang yang mirip dengannya di kamar itu.

Bukan mirip dengannya lagi, tetapi itu adalah dirinya yang sedang menjelajah waktu.

Mereka saling tatap.

Dirinya yang ada di dalam kamar sedang membekap mulut sendiri karena terkejut. Sementara Bintang yang memegang kenop pintu hanya bisa membelalak dengan mulut yang sedikit terbuka juga jantung yang berdetak kencang.

Ini... membuatnya merinding.

***

.

.

a.n: cerita ini sepertinya mencapai part 50 atau lebih. makasiih sudah baca cerita Bintang dan Baskara sejauh ini❤️❤️ 

.

thanks for reading!

love,

sirhayani

Matahari Dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang