Sisi Gelap Seseorang

11.2K 964 57
                                    

Dua orang di dalam kamar hotel itu terkejut bukan main. Tiba-tiba pintu dibuka dari luar, satu per satu orang berdatangan, menyergap Cantika—seorang selebgram cantik—bersama seorang pejabat—tengah berdua di dalam kamar hotel.

Sontak, Cantika menjadi panik. Ia beserta teman kencannya digiring keluar oleh para petugas. Usut punya usut, Cantika bukan cuma kencan dengan lelaki yang telah beristri, tapi juga membawa beberapa jenis narkoba. 

Penangkapan Cantika bersama seorang pejabat terkenal, menjadi berita utama di mana-mana. Bukan cuma disiarkan di TV, tapi juga disebar ke seluruh akun gosip ternama. Semua orang membahasnya, mulai menguliti si selebgram bernama Cantika Dewi.

Buah apel yang telah digigit Jenaka jatuh ke atas pangkuannya. Ia melebarkan matanya menatap layar TV yang menyala, mengabarkan berita penangkapan teman—bukan, Jenaka tidak pernah menganggap Cantika teman, apa lagi Cantika—ketua geng yang merundung Jenaka saat masih sekolah.

Masih ingat teman-teman sekolah yang menghina Jenaka saat acara reuni, kan? Nah, Cantika Dewi adalah ketuanya—orang yang mengolok-olok Jenaka di depan banyak orang—sepanjang acara reuni berlangsung. Jenaka tidak terkejut kalau Cantika akan memiliki nama besar setelah menjadi selebgram, influencer, atau apa lah sebutannya. Intinya, Cantika sejak dulu sudah populer. Dan semakin populer setelah perempuan itu beranjak dewasa.

Jenaka mengeraskan volume TV, melebarkan kedua telinganya sepanjang presenter gosip menjelaskan kasus yang menimpa Cantika. Jenaka menggigit apelnya lagi, matanya terlihat fokus mengikuti acara yang ia tonton.

Baru beberapa hari lalu Jenaka ditertawakan Cantika dan teman-temannya di acara reuni. Berjam-jam lamanya Jenaka di sana, tanpa teman, tidak ada satu pun yang mau membela dirinya. Kini, nama Cantika tercoreng, image  yang dibangun susah payah, sekarang hancur dalam satu malam saja.

Disebutkan dalam artikel yang Jenaka baca, Cantika menjadi simpanan lelaki kaya, pejabat, dan diperparah sebagai pecandu narkoba. Jenaka sampai melongo membaca berita Cantika di internet. Wah, bagaimana reaksi penggemar Cantika yang fanatik itu, ya?

Jenaka menggelengkan kepala, bergumam pelan kepada dirinya sendiri. Cantika memang sudah berbuat jahat kepadanya. Bahkan dari beberapa tahun lalu ketika mereka masih duduk di bangku SMA. Tapi, Jenaka tidak sampai hati menyumpahi Cantika. Jenaka tidak berhak menyudutkan perempuan itu. Setiap orang punya sisi gelap masing-masing, kan?

***

"Selain Cantika Dewi, ada satu lagi, Pak."

"Siapa?"

"Aufal, Pak," ujar orang kepercayaan Lembayung. Ia meletakkan foto seorang lelaki bernama Aufal. "Dulu, istri Bapak pernah suka sama Aufal yang dijuluki Pangeran di Sekolah. Bu Jenaka dimanfaatkan sama Cantika dan teman-temannya. Ada satu kejadian di mana Bu Jenaka akhirnya makin dibully di sekolah."

"Kenapa?" tanya Lembayung.

"Aufal sengaja menolak cinta Bu Jenaka di depan semua orang. Nggak ada satu pun yang mau bantu Bu Jenaka. Bahkan saat acara reuni beberapa hari lalu, Aufal ikut menghina Bu Jenaka."

Lembayung menahan geram. Sekarang ia tahu kenapa saat pulang reuni, Jenaka pulang sambil menangis. Diserempet mobil cuma salah satunya. Tapi yang paling membekas di hati Jenaka, yaitu penghinaan Cantika dan Aufal.

Mereka berani membuat masalah dengan menantu Wirlana? Mereka belum tahu siapa orang yang akan dihadapi jika berani mempermalukan Jenaka? Baiklah, Lembayung akan memberitahu.

Kasus yang menimpa Cantika Dewi—adalah ulah Lembayung. Ia yang telah mengatur semuanya. Cantika memang menjadi simpanan dari lelaki kaya raya, dan cukup berpengaruh. Tapi, Cantika tidak sungguhan menjadi pecandu seperti berita yang disebar oleh media.

Mungkin, Cantika merasa menang karena pernah membully Jenaka, mempermalukan istri Lembayung di depan umum. Maka, jangan salahkan Lembayung jika membalas perbuatan Cantika—mau di masa lalu atau sekarang—menjadi berkali-kali lipat.

"Kamu dapat informasi tentang keluarga Aufal?" Lembayung menatap orang kepercayaannya. Cantika menjadi target pertama Lembayung. Dan sebentar lagi, giliran Aufal yang akan menyusul temannya.

"Sudah, Pak," jawab lelaki itu.

"Bagus." Lembayung mengangguk. "Kamu bisa pergi. Saya akan hubungi kamu untuk perintah selanjutnya."

Lelaki itu menganggukkan kepala sepintas. Berjalan mundur menjauhi meja Lembayung, lantas keluar dari ruangan lelaki itu.

***

Suasana rumah Jenaka dan Lembayung seperti biasa. Tidak ada yang spesial walau Lembayung sedikit lebih perhatian daripada sebelumnya. Jenaka masih belum terbiasa dengan perubahan sikap Lembayung yang menurutnya sangat tiba-tiba. Ibarat orang bertamu, tidak permisi, tidak mengucapkan salam, tahu-tahu menerobos masuk saja. Jenaka kan, kaget. Jenaka juga patut mencurigai Lembayung, kan? Siapa tahu Lembayung sedang membuat rencana. Jenaka tidak boleh percaya dengan Lembayung begitu saja. Walau Jenaka juga tidak yakin keuntungan apa yang didapat Lembayung jika mengelabuhinya.

Mau bercerai lebih cepat? Jenaka akan mengiyakannya. Kenapa di saat Jenaka yakin akan mundur, Lembayung justru melangkah maju ke arahnya?

Pagi harinya, Lembayung dan Jenaka sarapan bersama. Tidak ada yang mengeluarkan suara, yang bisa didengar mereka cuma dentingan sendok dan garpu yang saling beradu.

Jenaka masih malas-malasan makan. Ia masih kepikiran Nasti. Tapi daripada kemarin, Jenaka sudah mau menerima beberapa suap nasi.

Lembayung selesai makan lebih dulu. Lelaki itu membersihkan sudut bibirnya setelah meneguk air minumnya. Jenaka juga sudah selesai. Ia berniat pergi ke kamar saat Lembayung berangkat ke kantor.

Lembayung beranjak dari kursi. Ia menyampirkan jasnya ke lengan kirinya, menatap Jenaka selama tiga detik. Tanpa mengucapkan sepatah kata, Lembayung melangkahkan kaki ke arah pintu utama.

Bi Sumi keluar untuk membersihkan meja makan. Jenaka bilang biar dirinya saja yang melakukannya. Bi Sumi menolak, ia berakhir membantu Jenaka menumpuk piring kotor untuk dibawa ke dapur.

Lembayung menghentikan langkah sebelum mencapai pintu. Tiba-tiba ia ingin kembali, tapi ia ragu. Cuma, ia pikir, ia perlu membiasakan sesuatu.

Jenaka melihat sepasang kaki yang dibungkus sepatu hitam di depannya. Jenaka mengangkat wajahnya perlahan, mengerjapkan mata lalu bertanya, "Kok balik lagi? Ada yang ketinggalan?"

Lembayung mematung di tempat.

Jenaka mengerutkan dahi. Matanya menyipit, "Apa?" tanya Jenaka, heran.

Kedua kaki Lembayung bergerak, mendekati Jenaka yang ada di depannya. Cuma beda beberapa langkah. Ketika jarak di antara mereka telah menipis, Lembayung tiba-tiba mencium kening Jenaka, lantas membawa perempuan itu ke dalam pelukannya.

Bi Sumi tidak sengaja melihat pemandangan tersebut menjadi kaget, sendok sayur yang ia pegang sampai jatuh ke lantai hingga menimbulkan suara.

Tubuh Jenaka mirip seperti patung. Ketika Lembayung mengurai pelukannya, lantas pergi, Jenaka masih tidak percaya. Ia butuh seseorang untuk menyadarkan dirinya.

Antara heran, bingung, tapi juga senang, Bi Sumi tidak kuasa menyunggingkan senyum lebar melihat kedua majikannya menjadi lebih romantis. Untuk melihat pemandangan barusan, Bi Sumi harus menunggu tiga tahun lamanya.

"Woah," pekik Jenaka membulatkan bibir. "Bi Sumi punya kenalan orang pinter di kampung nggak, sih?"

"Ada, Bu. Memang kenapa?" sahut Bi Sumi, bingung.

"Aku mau bawa Lembayung ke orang pinter, Bi. Siapa tahu dia ketempelan hantu di jalan," celetuk Jenaka, membuat Bi Sumi tersenyum geli.  















To be continue---

Ayo, Kita Cerai! Where stories live. Discover now