Bak Seorang Terdakwa

9.8K 674 60
                                    

Sampai sini paham, ya?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sampai sini paham, ya?

Cerita ini akan dibuat sebanyak dua book, dengan genre agak berbeda. Kalau ditanya tokoh utamanya apa masih sama? Iya, masih Jenaka-Lembayung. Tapi untuk baca buku keduanya, kalian harus baca versi buku pertama sampai selesai dulu supaya nggak bingung.

Buku kedua dirilis setelah yang pertama selesai ditulis, tentu aja.

***

Sedari tadi, tatapan Lembayung cuma tertuju kepada sang istri. Oh, bukan hanya hari ini saja, sih. Tapi sekarang perhatian lelaki itu hanya untuk Jenaka. Apa saja yang dilakukan istrinya, tidak lepas dari perhatian Lembayung.

Sepulang Jenaka dari rumah penampungan Sina, Jenaka banyak melamun. Entah apa yang sedang dipikirkan istrinya sampai tidak fokus dalam melakukan segala hal. Seperti saat makan malam tadi misalnya. Jenaka menuang air minumnya sampai tumpah ke mana-mana.

"Eh, maaf." Jenaka baru sadar segera berdiri hendak mengambil lap kering di dapur.

Lembayung menahan lengan Jenaka, meminta perempuan itu untuk tetap duduk di kursi. "Kamu bisa minta tolong sama Bi Sumi. Aku mau ngomong sama kamu," katanya.

"Mau ngomong soal apa?" tanya Jenaka.

Lembayung memberikan sendok ke tangan Jenaka. "Kamu habisin dulu makannya. Baru kita ngomong, ya."

"Hm," gumam Jenaka. Menghabiskan sisa makanannya dengan malas.

Jenaka menjadi tidak selera makan sekarang. Sekali pun ada makanan yang ia sukai di depan mata, Jenaka tidak berniat untuk makan sekarang. Di kepalanya saat ia cuma dipenuhi dengan pertanyaan, "Ke mana lagi dia harus mencari informasi kalau Angel sudah meninggal?"

Ketika Jenaka mendengar cerita Malaka tentang Angel, Jenaka memiliki sedikit harapan menemukan pembunuh Nasti. Atau ia perlu mencaritahu ke ruang kerja Lembayung saja?

Jenaka diam-diam melirik Lembayung yang kebetulan melempar tatap ke arahnya juga. Jenaka terbatuk, seolah tertangkap basah melakukan kesalahan, Jenaka dibuat salah tingkah sendiri.

"Ada yang sakit?" tanya Lembayung, berdiri dari kursi lalu mendekat ke tempat duduk Jenaka.

Jenaka menggeleng setelah meneguk air minumnya. "Nggak. Aku sehat," jawabnya.

Sepasang mata Jenaka mengerjap beberapa kali. Sejenak, ia teringat kejadian hari ini di rumah sakit. Tentang hasil test kesehatannya yang keluar. Jenaka mendongak, menatap Lembayung untuk beberapa detik. Ia perlu memberitahu Lembayung atau tidak? Tapi... kalau hasil tadi justru yang salah bagaimana? Bukankah itu sama seperti memberi harapan kepada Lembayung? Jenaka belum bisa meyakini yang mana hasilnya yang benar.

"Jen." Kedua tangan Lembayung menangup pipi istrinya. Memerhatikan keseluruhan wajah Jenaka dengan panik.

Jenaka memegangi tangan Lembayung. "Aku nggak apa-apa. Aku cuma udah kenyang aja. Makanya jangan paksa aku makan sampai habis." Bibir Jenaka mengerucut. Ia meminta Lembayung melepas tangannya sebelum ia menjadi kesal.

Ayo, Kita Cerai! Where stories live. Discover now