Chapter 6

25K 3.4K 579
                                    

PEMBUKA

***

Absen emot dulu 💚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Absen emot dulu 💚

***

Pagi-pagi sekali, sepasang ayah dan anak sulung sibuk berkutat di dapur. Meski baru menikmati lelap beberapa jam, mereka rela bangun pagi demi menyiapkan sarapan spesial untuk si bungsu. Kalau bukan karena Jia, keduanya mungkin masih bergelung di dalam hangatnya selimut, bukan malah repot-repot masak.

Gerakan tangan dua pria bercelana kolor motif hello kitty pemberian Jia, terlihat begitu terampil, terutama Arkan yang tengah menghaluskan bumbu. Sejak menjadi orangtua tunggal, pria itu dituntut untuk serba bisa mengambil peran sebagai ayah sekaligus ibu untuk Kevin dan Jia.

Awalnya memang sulit, Arkan saja nyaris menyerah terlebih ketika keadaan si bungsu semakin memburuk di saat patah hatinya belum benar-benar sembuh. Menjadikan kebahagiaan kedua anaknya sebagai satu-satunya harapan dan alasan bertahan, perlahan ia bangkit dan mengajak damai semua rasa sakit. Kepingan hati yang tersisa pun disatukan meski tidak mungkin kembali utuh untuk menyayangi Kevin dan Jia. Arkan berhasil. Berdiri dengan segala kekurangannya, ia bisa memberi kebahagiaan kecil untuk anak-anaknya.

"Vin, kamu bangunin Jia aja. Sop-nya biar Daddy yang urus," kata Arkan.
Sendok sayur diambil alih dari tangan partner terbaik dalam menjalankan misi menjaga Jia. Menoleh ke samping, pria itu mewanti-wanti si sulung sebelum hal buruk terjadi dan merusak suasana hati si bungsu. "Tapi inget, Jia-nya jangan dijailin. Nanti kalo badmood, Jia jadi rewel.  Kita juga yang bakalan repot. Pokoknya awas aja kalo kamu macem-macem sama Jia, urusannya langsung sama Daddy. Paham, Vin?"

Kevin menghela napas.
Di mata daddy, Kevin mungkin adalah kakak yang buruk; usil dan nakal pada adiknya. Fakta justru berbicara lain. Jia-lah yang selalu jahil dan mengganggu Kevin. Kalaupun Kevin jahil, itu jahil yang biasa, tidak sampai membuat Jia rugi. Berbeda dengan level jahil Jia yang kerap kali membuatnya nyaris kehilangan kewarasan.
"Daddy nggak tau aja kalo sebenernya yang perlu dikhawatirin itu aku, bukan Jia," katanya lesu mengingat bagaimana tingkah Jia.

"Udah sana bangunin Jia, nggak usah playing victim. Kamu pikir Daddy bakal percaya? Orang Daddy sering liat sendiri gimana resenya kamu. Kalo kamu nggak nakal, Jia nggak mungkin ngumpet di ketek Daddy sambil nangis-nangis."

Playing victim?
Kevin tidak habis pikir. Padahal itu yang sebenar-benarnya terjadi.
Tidak ingin berdebat untuk hal tidak penting, Kevin pun mengangguk. "Iya udah, aku bangunin Jia dulu."

"Nggak perlu dibangunin, Jia udah bangun sendiri."

Seruan itu membuat Arkan dan Kevin kompak menoleh ke belakang. Jia dengan penampilan masih berantakan dan wajah lesu khas bangun tidur, tersenyum lalu melangkah menghampiri dua pria hebat kesayangannya.

Baby GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang