Chapter 38

20.8K 3.3K 1.2K
                                    

P E M B U K A

Kasih emot dulu sebelum baca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kasih emot dulu sebelum baca

Selamat malmingan sama Om Janu 😹

***

Tidak melupakan sosok yang banyak mengambil peran di balik status barunya, beberapa menit setelah resmi jadian, Jia langsung melapor pada sang maha guru. Dengan bangga ia katakan kalau sudah berhasil menjadi kekasih Janu setelah mempraktikan ilmu yang didapat saat mengikuti kelas Tifanny.

Tidak ada yang terlewat, mulai dari kejadian saat masih di kantor dan bagaimana ia diperlakukan dengan begitu manis sampai berakhir di apartemen, Jia ceritakan dengan gaya bahasa khasnya yang sedikit berantakan, namun tetap bisa dipahami oleh Tifanny. Pada dasarnya mereka memang satu frekuensi.

"Berarti tadi cuma pelukan, nggak sampe cepak-cepak jeder, ya? Ahh nggak papa, yang penting kalian udah jadian," respons Tifanny di seberang sana setelah diberitahu akhir dari prosesi jadian.

"Cepak-cepak jeder itu apa, Tante?" tanya Jia bingung. Tatapannya tertuju pada langit-langit. Maha guru-nya ini memang sering sekali menggunakan kosa kata asing yang tidak ia pahami.

"Ahh bukan apa-apa, kamu belum saatnya tau. Nanti kalau udah saatnya, Tante bakal buka kelas itu juga. Sabar, ya. Bertahap belajarnya."

"Oke, Tante!"
Materi yang didapat dari kelas itu bonus. Bagian terpenting adalah kebersamaannya bersama Tifanny yang hadir mengisi banyak ruang kosong dalam hatinya.

"Mulai sekarang, Jia harus sering-sering libatin Janu. Kalau mau pergi, minta Janu anterin. Pengin sesuatu, langsung bilang aja. Kalau ada apa-apa, kabarin Janu."

"Tapi nanti ngerepotin Om Janu."

"Sama sekali nggak ngerepotin, Sayang. Atau gini, sebelum pergi Jia kasih tau dulu terus tanya deh ke Janu. Kira-kira bisa antar nggak. Kalau ternyata nggak bisa karena ada kesibukan, Jia pergi sama yang lain. Bisa sama Tante, daddy, atau abang. Tapi Tante yakin Janu bakal usahain biar bisa nemenin, sih. Yaa walaupun nggak selalu detik itu juga langsung dikabulin. Mungkin ada kalanya disuruh nunggu dulu."

"Ummm Jia ngerti. Intinya Jia kabarin Om Janu dulu, ya?" Gadis yang berbaring di sofa itu mencoba menarik kesimpulan. Lalu setelah kesimpulannya dibenarkan, ia kembali meminta petuah pada sang maha guru. "terus apa lagi, Tante? Maaf, ya, Jia banyak tanya kayak wartawan. Jia belum pinter pacaran. Bingung nih mau gimana ke si om. Om Janu, kan, pacar pertama Jia. Mohon bimbingannya, ya, Guru."

"Kamu minta sama orang yang tepat banget, Jia. Tante bakal bimbing kamu sampe dibucinin sama Janu. Pokoknya kita bersatu bikin Janu meriyang kalau nggak liat kamu. Nanti Tante kasih mantra rahasianya. Jia siap-siap aja dibucinin sama anak Tante. Tante kasih spoiler dikit. Janu kalo mode bucin, brutal banget loh. Tapi brutal yang enak kok. Hehehe. Mirip papanya banget tuh anak."

Baby GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang