Chapter 24

20K 3.4K 1.7K
                                    

P E M B U K A

Takut banget sama Jeno ☝

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Takut banget sama Jeno ☝

Absen emot dulu buat yang kangen Om Janu

***


Selesai membereskan kekacauan di kamar Jia, Arkan dan Kevin langsung menjadi benteng yang menjaga Jia yang sedang tertidur. Arkan berada di sayap kanan sementara Kevin di sayap kiri. Keduanya dengan sigap mengirim kenyamanan lewat usapan sayang di kepala ketika Jia bergerak tidak nyaman dalam lelapnya.

"Mommy ..." Masih dengan kelopak mata tertutup rapat, Jia bersuara lirih nyaris tidak terdengar oleh dua pria yang menjaganya.

Arkan menatap ke arah jemarinya yang dicengkeram begitu kuat oleh si bungsu. Ia tahu, mimpi buruk itu kembali hadir mengacaukan Jia yang belum sepenuhnya membaik. Menepuk pelan pipi anaknya, Arkan berbisik meminta Jia untuk bangun.
Apa yang dilakukan berhasil.

Detik-detik awal membuka kelopak mata, tidak ada yang Jia lakukan selain menatap ke langit-langit kamar. Memberi waktu pada kesayangannya untuk menenangkan diri, Arkan dan Kevin menunggu sembari mengusap-usap punggung tangan Jia.

"Daddy, Jia haus. Mau minta tolong ambilkan air minum, boleh?" Itulah yang Jia katakan pertama kali begitu kesadaran terkumpul sempurna.

"Biar Abang yang ambilkan," celetuk Kevin lantas turun dari ranjang bersamaan dengan Arkan yang membantu Jia duduk. Bantal ia selipkan di belakang punggung putrinya agar lebih nyaman.

"Mimpi ketemu Mommy lagi, ya?" tanya Arkan pelan-pelan. Punggung tangannya menyeka keringat yang mulai membanjiri dahi dan leher Jia yang baru saja menghabiskan segelas air mineral.

"Iya. Jia takut," kata Jia lalu menghambur ke dalam pelukan Arkan. "Daddy bilang ke arwahnya mommy, jangan nakut-nakutin Jia lagi."

"Mommy nggak nakutin Jia, mommy sayang sama Jia."

"Nggak!" protes Jia cepat lantas mendongak menatap rahang tegas ayahnya.
"Mommy ...." Kalimatnya terputus.
Jia kesulitan memberi penjelasan ketika ingatan tentang seseorang yang ia panggil 'mommy' tiba-tiba lenyap. Begitu juga dengan mimpi yang baru saja hadir.

"Jangan dipaksa kalo Jia belum siap ingat soal mommy, nanti Jia sakit," nasihat Kevin melihat adiknya berusaha mengingat sesuatu.

Mengangguk, Jia mengeratkan pelukan di tubuh Arkan yang selalu memberi kenyamanan dan menjadi penenang gemuruh hebat di hatinya.

"Oh iya, katanya Abang mau kasih kejutan buat Jia," celetuk Arkan.
Jia suka sekali dan selalu antusias ketika seseorang menyiapkan kejutan untuknya.

"Beneran?" Jia bertanya pada Kevin. Bola matanya berbinar melihat kakaknya mengangguk. Sedetik setelahnya, gadis itu mengambil sesuatu untuk menutup penglihatannya. "Abang, Jia udah tutup mata. Daddy bantu videoin, ya. Mau Jia pamerin ke TikTok, pasti nanti fyp. Soalnya ada Abang."

Baby GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang