Chapter 45

23.8K 3.1K 1.6K
                                    

P E M B U K A

Siapa yang lagi dimabuk oneL? 🤧
Aku, aku!!!

Absen emot dulu sebelum baca

***

Kepribadian Janu fleksibel.
Di rumah, pria itu bisa menjelma menjadi pemalas yang serba ingin diladeni, dan banyak mengandalkan peran orang lain untuk mengurusnya. Tapi, ketika bersama si kecil, hal-hal semacam itu bisa dengan cepat dibuang jauh-jauh. Bukan diurus, Janu-lah yang mengurus Jia dengan telaten. Tutup mata soal umur, Jia tetap diperlakukan sebagaimana bayi yang tidak bisa melakukan apa-apa sendiri. Hal sekecil apapun akan Janu lakukan sehingga Jia tidak perlu melakukannya sendiri, hanya bergantung padanya.

Mengimbangi cara Janu memperlakukannya, sosok Jiasya Ivana yang lugu, bertingkah seperti bocah, dan selalu bergantung pada orang lain pun kembali ditunjukkan. Pembangunan sikap dewasa yang mandiri, dihentikan total. Bersama Janu, ia tidak perlu menjadi dewasa karena nyatanya Janu lebih suka dirinya versi kanak-kanak.

Karena itulah Jia tidak protes ketika baru tiba di apartemen, Janu langsung sibuk mengurus hal yang sebenarnya bisa dilakukan sendiri. Misalnya saja melepas sepatu dan kaus kaki lalu menggantinya dengan sandal bebek. Lebih dari itu, Janu juga menawarkan tempat duduk paling nyaman. Apalagi kalau bukan pangkuan pria itu. Hanya saja, Jia menolak dengan pertimbangan kaki Janu yang masih sedikit membengkak.

"Kaki Om, kan, lagi sakit. Nanti tambah sakit kalau Jia duduk di situ. Jia duduk sendiri aja."

Janu membuka kakinya lebih lebar. Paha kiri ditepuk-tepuk pelan sebelum akhirnya pria itu berkata pada si kecil, "lo duduk di sini nggak bikin kaki gue sakit."

"Nou, Jia duduk sendiri aja."

Tidak menerima penolakan, Janu meraih tangan Jia. Menariknya pelan sembari membimbing gadis itu duduk menyamping di paha kirinya. Sebagai tindakan pencegahan agar tidak kabur, lengannya melilit pinggang ramping si kecil dari belakang. Sementara tangan lain kembali difungsikan untuk menggenggam tangan mungil Jia seperti yang dilakukan selama perjalanan sampai tiba di apartemen.

"Sekarang mau ngapain?" tanya Janu seraya menaruh tangannya yang tertaut dengan Jia ke pangkuan gadis itu. Mau langsung ciuman sampai sesak napas?

Pertanyaan Janu membuat dagu Jia terangkat. "Emangnya mau ngapain lagi selain Om jelasin kenapa tangan sama kakinya luka? Tujuan Jia ke sini, kan, mau dengerin soal itu."

"Nggak mau yang lain gitu?" tanya Janu berharap banyak Jia peka kalau ia ingin ciuman sampai sesak napas dan bibir membengkak.
Beralih dari mata, tatapannya turun dan terkunci pada bibir Jia yang sedikit terbuka. Ngomong-ngomong itu sengaja memancingnya, kah?
Kalau iya, selamat! Jia berhasil.

"Ngghh? Lain-lain apa tuh, Om?"
Jia semakin tidak mengerti kemana arah bicara pria yang beberapa kali tertangkap netranya tengah membasahi dan memainkan bibir ketika menatapnya begitu intens.
Lalu ketika sadar kepala Janu bergerak tipis-tipis ke arahnya, gadis itu langsung menarik kepala ke belakang berniat menjauh. Sayangnya ia kurang memperhitungkan pergerakan, terlalu berlebihan sampai nyaris terjungkal kalau saja refleks Janu kalah cepat.

Baby GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang