Chapter 12

21K 3.4K 940
                                    

PEMBUKA

Emot buat chapter ini 💚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Emot buat chapter ini 💚

Btw, kalian mau naik kapal mana? Janu-Jia
Yuda-Jia
atau lainnya?

Tetep waspada sama tokoh mana aja yang berpotensi penuh kebagongan

***

Tengah malam, Yuda yang mengaku galau brutal lantaran pesannya tidak dibalas oleh dek crush, bertingkah. Tingkah yang benar-benar mengganggu waktu istirahat Janu. Bagaimana bisa istirahat kalau Yuda terus saja menghubunginya untuk membahas hal sama. Lalu ketika kesabaran Janu tergerus habis, ia benar-benar mengabaikannya.

Bukan Yuda namanya kalau bisa diabaikan begitu saja. Meski sudah dilarang keras, pukul 00.45 pria itu nekat datang ke apartemen Janu. Ditolak hadirnya oleh Janu yang tidak mau membukakan pintu tentu bukan masalah untuknya. Mungkin Janu yang hanya penyewa, lupa siapa pemilik gedung yang ditempati. Bermaksud sombong pada sahabat terbaiknya, Yuda pun menggunakan kekuasaan sang ayah agar bisa menerobos masuk ke unit apartemen Janu.

Melihat Yuda masuk dengan tampang menyebalkan, Janu meraih vas bunga dan melemparkan ke Yuda sebagai sambutan. Terbiasa disambut dengan gaya psikopat, Yuda sudah sangat terlatih. Vas bunga pun ditangkap dengan mudahnya. Meledek, ia menunjukkan cengiran lebar.

Sengaja mencari perkara pada Janu yang terlihat mengantuk, Yuda melempar senyum mengejek lalu meletakkan vas bunga di meja. Ketika balik badan, Yuda terlambat menghindari lemparan apel. Buah itu menubruk keras bahunya sampai berbunyi. Dugh
Tidak apa-apa, hanya apel.

"Harusnya tadi lo lempar duren, Nu. Apel doang mah diketawain sama ilmu kanuragan gue," cibir Yuda lalu memungut apel yang jatuh tidak jauh darinya. Usai menggosokkan buah itu ke hoodie, Yuda pun memakannya. Tidak merasa takut tubuhnya akan dipotong oleh Janu yang tengah mengupas apel, Yuda begitu santai duduk di sebelah cowok itu.

"Tubles aja, Nu, tubles," desak Yuda ketika Janu mengacungkan pisau ke lehernya. "Biar gue sekalian tes kekebalan."

"Lo tuli? Gue bilang apa tadi?" tanya Janu seraya menyusuri pipi Yuda dengan mata pisau. Tenang saja, hal ini sudah biasa untuk dua orang gila yang bersahabat dengan begitu baik.

"Lo juga tuli? Gue bilang apa tadi? Gue butuh lo, Nu. Gue udah chat dek crush sesuai nasihat nggak jelas lo, tapi sampe sekarang belum dibales, Anjing!"

"Minimal mikir dulu."

"Lo yang nyuruh gue buru-buru chat, mana alay, sok bijak banget pake nasehatin gue segala. Gue jadi kehasut omongan lo dan chat dek crush. Harusnya gue cari tau dulu nomor rekeningnya, biar langsung transfer nggak perlu basa-basi nanya kayak nggak punya uang aja."

"Kan...makin keliatan tololnya."

"Lo anaknya Doni bukan, sih? Bapak lo noh! Pinter gaet cewek pas masih muda, primadoni."

Baby GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang