Chapter 7

21.2K 3.5K 611
                                    

PEMBUKA

Emot buat chapter ini 💚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Emot buat chapter ini 💚

***

Ingin meninggalkan kesan buruk di pertemuan pertama dengan si paling seleb, Janu sudah menyiapkan beberapa rencana buruk. Rencana disusun sebagai usaha untuk menggagalkan perjodohan tidak jelas ini. Misalnya dengan membuat gadis itu menunggu sangat lama. Ia sengaja berkendara sangat pelan, bahkan lebih pelan dari laju sepeda. Pria itu juga sempat membeli minuman di minimarket, menepi untuk mabar dengan Yuda dan singgah di ATM untuk tarik tunai. Ia sengaja mengulur waktu selama mungkin agar bocah itu lelah menunggu. Dengan begitu Jia pasti marah dan memberi penilaian buruk padanya.

Anggap juga ini balasan darinya. Kalau bukan karena harus menjemput si YouTuber itu, sekarang Janu mungkin sedang menemani Kanina nonton. Terlanjur membeli dua tiket, Janu memberikan tiket itu pada Kanina yang pada akhirnya pergi ditemani oleh Yuda.

Di tempat berbeda, Jia yang berdiri tidak nyaman sembari memeluk pintu gerbang, terus menggerutu kesal. Siapapun pasti akan sekesal Jia jika sudah menunggu dua jam lebih, tapi yang ditunggu tidak kunjung datang. Gadis itu sudah sangat lelah dan bosan menunggu sendirian tanpa melakukan apa-apa. Ponselnya kehabisan daya ketika tengah mengedit konten yang akan diunggah di TikTok.

Duduk, jongkok, berdiri, memanjat gerbang, turun lagi karena takut, jalan di tempat, cosplay menjadi patung, geser kanan-kiri, putar-putar badan, entak kaki, dan garuk-garuk lengan. Jia terus melakukan aktifitas kecil untuk mengalihkan perhatiannya sendiri. Sayangnya apa yang dilakukan tidak cukup untuk membuatnya merasa lebih baik. Ia justru semakin kesal, rasanya ingin menangis sambil guling-guling, lalu makan banyak karena Jia kelaparan. Uang sakunya habis, jadi ia tidak bisa membeli apapun.

Bangkit, kaki Jia diayunkan menuju halte yang berjarak sepuluh meter dari tempat semula. Ia duduk dengan terus menggerakan kaki dan memperhatikan setiap mobil yang lewat dengan terus berharap itu adalah jemputannya. Ketika mobil-mobil terus melewatinya begitu saja, Jia mendesah kecewa. Tidak mau banyak berharap, gadis itu pun menunduk lalu bermain dengan dirinya sendiri; memainkan ikat pinggang, kancing seragam, menggulung kaus kaki, dan melakukan banyak kegiatan kecil lainnya.

Terlalu asyik dengan dunianya sendiri, Jia sampai tidak menyadari kalau terus diperhatikan oleh seseorang. Orang itu adalah Janu yang masih duduk di kursi kemudi sembari mengunyah burger dengan santai.

"Bocah aneh," gumam Janu melihat objeknya tengah melukis di udara dengan jari telunjuk. Ia berusaha berpikir positif, mungkin bocah yang duduk di halte itu mabok spirtus, jadi tingkahnya sedikit aneh sejak ia perhatikan.

Begitu burger sudah habis, pria itu meraih ponsel. Ketika tidak bisa menghubungi bocah merepotkan itu, Janu pun keluar dari mobil. Matanya memandang ke arah bangunan dua lantai di hadapannya yang sudah sepi, pintu gerbang pun sudah digembok. Kemungkinan di dalam sudah tidak ada orang.

Baby GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang