Chapter 44

22.5K 3.4K 2.2K
                                    

P E M B U K A

Kasih emot dulu sebelum baca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kasih emot dulu sebelum baca

*alur chapter ini ngikut extended chapter 43

***

Bukan karena nyeri pada kaki terkilirnya yang membuat Janu masih terjaga sampai tengah malam. Bukan juga karena suhu tubuhnya kembali naik sejak sejam yang lalu.
Tapi semua karena Jiasya Ivana.

Gadis itu kembali berulah, mengacau pikiran, dan membuatnya terus diliputi perasaan khawatir. Sudah dua hari belum ada unggahan terbaru dari Jia, baik di Instagram, TikTok, ataupun kanal YouTube. Padahal biasanya si kecil aktif update hal-hal random. Instagram Kevin dan Samudra juga nihil. Arkan yang diharapkan menepati ucapannya untuk memberi kabar soal Jia, berbohong. Sekalipun, pria itu tidak pernah berkabar soal Jia. Kalau bukan dari media sosial, Janu tidak tahu apa-apa tentang si kecil.

Meremas pantat boneka bebek di pangkuan, Janu mengerang frustrasi. Ia benar-benar takut kalau bayinya kenapa-kenapa. Pasca putus dengannya, adakah yang menggantikan perannya; memastikan si kecil makan teratur, menyeleksi ketat makanan yang akan dikonsumsi, serta mengatur bayinya agar mendapat waktu istirahat cukup.

Adakah yang menawarkan ketenangan dan kenyamanan saat Jia sedang tidak baik-baik saja? Siapa yang meminjamkan tangan, menepuk-nepuk penuh sayang kepala, atau sekadar membisikkan mantra menenangkan saat ketenangan Jia direnggut oleh mimpi buruk?

Memikirkan kemungkinan terburuk kalau bayinya melewati semua kesulitan sendirian membuat Janu sesak napas.

Menyeret kaki kanannya yang masih membengkak, Janu berdiri di dekat jendela kamar bersama si boneka kuning dalam gendongannya. Botol minyak telon di dalam kantong piama segera dikeluarkan. Ia butuh mencium aroma itu untuk menjaga kewarasan.

Usai membaluri sekitaran leher dan perut dengan minyak telon, Janu menunduk, lantas mengecup mulut boneka bebek. Tatapannya terkunci pada benda mati yang selalu mengingatkannya tentang Jia.
"Bayi baik-baik aja, kan? Mimpi buruknya dateng lagi nggak?"

"Besok update, ya."

"Update apa aja, terserah. Yang penting lo update biar gue tau lo baik-baik aja."

"Gue tunggu update-nya besok," pungkasnya. Memainkan imajinasi, sekali Janu mengecup boneka bebeknya, membayangkan kalau itu adalah Jia.

Seperti malam-malam sebelumnya, Janu duduk anteng di sofa bersama boneka bebek yang mengisi sisi kosong di sebelahnya. Mereka berbagi kehangatan dari selimut merah muda dan mulai menonton tayangan video dari kanal YouTube Jia.

"Lucu banget kembaran lo," komentarnya lalu menyenggol si kuning. Janu kira senggolannya biasa saja, tapi ternyata cukup membuat boneka itu terlempar sejauh satu meter. Melihat itu, ia tertawa pelan lalu memungutnya, dan berakhir di pangku agar aman. Memudahkannya juga saat menyalurkan rasa gemas pada Jia. Ia bisa mengecup, mengelus, meremas-remas, atau bahkan memukul boneka itu.

Baby GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang