Chapter 20

25.7K 3.6K 1.2K
                                    

PEMBUKA

Emot buat chapter ini mana?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Emot buat chapter ini mana?

Chapter ini aslinya hampir 8k kata, tapi aku bagi 2 karena kepanjangan kalo jadi 1 chapter 😏

***


Menggaruk punggung, Yuda menatap satpam yang tengah mengunci pintu gerbang dengan wajah lesu.
Pria berkemeja putih itu tidak tahu harus bereaksi apa setelah diusir karena membuat kegaduhan di lingkungan sekolah. Aksi heroiknya pada Jia berakhir tidak sesuai dengan angan indahnya.  Melenceng sangat jauh. Alih-alih jatuh cinta atau minimal terkagum-kagum dengan tindakan yang menurut Yuda itu sangat keren, Jia justru menangis ketakutan, dan baru berhenti ketika Samudra datang menenangkan mewakili Kevin dan Arkan.

Apa caranya salah?

Kalau memang iya, di mana letak kesalahan itu? Yuda benar-benar tidak tahu. Apa membantu Jia untuk mendapatkan kelompok dengan caranya adalah bagian dari tindak kejahatan? Jahatnya di mana?
Yuda tidak mengancam atau melakukan kekerasan untuk membuat mereka mau menuruti ucapannya. Ia hanya bernegosiasi dengan mengeluarkan sedikit uang recehan. Bagaimana bisa Jia bereaksi seperti tadi.... Yuda benar-benar bingung dengan jalan pikiran Jia.
Ruwet.
Tidak sejalan.
Tidak bisa diprediksi.

Mengerang frustrasi, pria itu meremas rambut dengan kesal.
Ketika sudah bersiap-siap pergi, dari arah timur Jia muncul didampingi oleh Samudra. Niat Yuda pun urung karena yakin mereka akan datang menghampirinya.
Benar saja. Samudra meminta satpam untuk membukakan pintu gerbang.

"Mau Abang temenin buat ngomong ke Mas Yuda-nya?" tawar Samudra lembut pada Jia ketika keduanya sudah sampai di hadapan Yuda yang terlihat bingung.

Kepala Jia menggeleng pelan. "Abang tungguin di pos satpam aja. Jia berani ngomong sendiri."

"Beneran?" 

"Iya."

"Oke. Abang tunggu di pos satpam, ya. Kalo ada apa-apa panggil aja, Abang bakal samperin Jia langsung," kata Samudra si pekerja part time sebagai bodyguard Jia. Sesuai keinginan boss kecilnya, pria itu pun memberi ruang untuk Jia dan Yuda.

Ada jeda cukup lama karena Jia hanya memilin-milin rok.
Berhasil mengumpulkan keberanian, ia pun mengangkat dagu hingga berhasil menatap wajah Yuda. Tidak tahu harus memulai dari mana, gadis itu menggosokkan telapak tangannya yang berkeringat ke rok, sebelum akhirnya diulurkan pada pria jangkung di hadapannya. "Jia mau minta maaf sama Mas Yuda. Maafin Jia, ya."

Permintaan maaf yang justru membuat Yuda tambah bingung. Ini konsepnya gimana, sih?
"Kok lo yang minta maaf? Harusnya, kan, gue."

"Nggak papa, Jia aja yang minta maaf duluan. Mas Yuda mau maafin Jia, nggak?"

"Serius gue nggak tau lo minta maaf buat kesalahan yang mana, soalnya lo nggak bikin kesalahan apapun," aku Yuda lalu tersenyum hangat dan berakhir membalas uluran tangan gadis yang menatapnya penuh harap. Lucu.  "Maafin gue juga, ya, karena udah bikin lo nangis dan takut kayak tadi."

Baby GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang