Chapter 25

21.9K 3.6K 2.1K
                                    

P E M B U K A

Dibuka dengan buka-bukaan 🙂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dibuka dengan buka-bukaan 🙂

Absen emot dulu buat chapter ini yang hampir 5000 kata

***

Harusnya Janu belajar dari pengalaman dan tidak menaruh kepercayaan penuh pada Nyonya Tifanny Putri si ratu drama. Ia salut, wanita itu tidak pernah gagal membuatnya ketar-ketir dengan segala tingkah menyebalkan yang terkadang sedikit kekanakan. Menghela napas, pria berkaus hitam itu menatap seseorang yang membuatnya khawatir hebat sampai buru-buru pulang ke Jakarta dengan perasaan tidak keruan. Setelah panggilan terputus, Janu kira terjadi sesuatu buruk pada Tifanny. Nyatanya wanita yang dikhawatirkan sedang asyik berkaraoke membelakanginya.

Melipat tangan di dada, Janu menatap tanpa ekspresi pada Tifanny yang tersenyum kikuk ketika menyadari kedatangannya.

"Hehehe."

"Hehehe." Kekehan tanpa rasa bersalah itu Janu tirukan dengan gaya mencibir. "Mama tuh kebiasaan kalau---"

"Om Janu minggir nanti kesruduk pinky!"

Mendengar suara tidak asing itu, Janu yang berdiri di ambang pintu memutar tubuh ke belakang dan mendapati Jia dengan skuter merah muda melaju ke arahnya. Terlambat mengambil langkah menghindar, Janu terdorong ke belakang setelah ditubruk. Sialnya lagi ia gagal mempertahankan keseimbangan dan berakhir mengenaskan di lantai.

Menggosok pantatnya yang terasa ngilu, Janu menatap jengkel pada bocah menyebalkan yang tengah mengamankan skuter sembari memegangi helm full face. Helm itu terlalu besar di kepala kecil Jia hingga menghalangi pandangan bocah sableng itu.

Gregetan melihat Jia yang ribet karena helm di kepalanya, Janu pun bangkit dan menahan pundak kecil bocah itu. Ketika sudah tidak ada pergerakan dari tubuh Jia, ia segera melepas helm itu dari kepala bocah yang kini menunjukkan cengiran lebar padanya.

"Terima kasih, Om Janu," kata Jia seraya merapikan rambutnya yang berantakan diakhiri dengan gerakan meniup-niup poni. 
Menunduk sembari menutup kelopak mata, ia menyatukan kedua telapak tangan di depan dada. "Jia minta maaf, tadi beneran nggak sengaja."

"Hmmm." Janu berdehem malas. Tatapannya tidak lepas dari ubun-ubun Jia yang ingin sekali ia usap lembut lalu ditiup. Berharap itu bisa mengembalikan kewarasan Jia.

"Om nggak papa? Mau Jia tiup-tiup nggak itunya biar nggak sakit?" tawar Jia yang khawatir Janu kenapa-kenapa. Menggigiti ujung kuku, tatapannya terkunci di selangkang pria yang ia tabrak.

"Nggak!" jawab Janu cepat. Ia sudah hafal sekali modus bocah sok polos yang berujung pada pelecehan. Janu bukan pria bodoh, maka tak akan ia biarkan dirinya dinodai.

"Beneran? Kalau diusap-usap sambil ditiup-tiup nanti sakitnya cepet sembu loh. Sini celananya buka dulu."

SINTING!

Baby GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang