Chapter 46

31.7K 3.2K 932
                                    

P E M B U K A

Kasih emot dulu sebelum baca chapter ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kasih emot dulu sebelum baca chapter ini

***

Rupanya uji coba performa tangan-tangan nakalnya saat di apartemen, menghidupkan kembali sisi liar dan jiwa-jiwa panasnya ketika menjadi pemain di masa lalu.
Kembali dihantam sensasi dan getaran yang nyaris terlupakan setelah bertahun-tahun tak merasakannya lagi, Janu dibebani oleh hasrat yang menginginkan lebih dengan Jia. Jadi, jangan salahkan hormon kalau nanti si kecil berakhir diterkam dan luluh lantak dalam keadaan berantakan di bawah sisi dominan Janu Praba Cakrawala.

Bukan mesum, tapi ini adalah gelora membara jiwa pria dewasa sematang dirinya. Mulai sekarang, Janu akan lebih pandai dan teliti lagi membaca peluang.

Memasuki babak baru, saatnya ucapkan selamat datang atas bangkitnya hasrat Janu yang lama dipendam dan mari berdoa untuk si kecil Jia. Semoga tidak masuk perangkap bujuk rayu om-om panas itu.

Serangan pertama, alih-alih bersiap ke kantor, pria bertelanjang dada itu justru tengkurap di ranjang dengan ponsel menempel pada telinga kiri. Terus menggoda anak gadis orang sampai jejeritan kesal padanya. Mendapat respons seperti itu, semakin semangatlah si om ini menjahili anak kecil. Ternyata seru juga. Dulu kenapa pakai nolak, sih? Tahu begini, kan, sudah diserang sejak lama.

"Om mau pap nggak?"
Jia mengalihkan topik.

"Mau!" jawab Janu cepat. Rezeki tidak boleh ditolak, kan?
"Mana? Cepet kirim."

"Tunggu sebentar nggak papa? Om, sih, teleponnya pas Jia baru banget mandi. Ini aja cuma pake handuk, Jia mau pake baju dulu sebelum kirim pap ke Om. Maaf, ya, bikin Om nunggu."

"Pap sekarang, gue pengin liat handuk baru lo."
Handuk baru, katanya.
Yang tau-tau aja ....
Kalau soal modus, om-om 27 tahun ini memang tidak ada lawan.

Ada untungnya juga dibalik kecerewetan Jia yang selalu cerita banyak hal padanya. Dari cerita handuk baru semalam, bisa dimanfaatkan untuk kepentingannya. Janu menggigit pipi dalam ketika sosok Jia dan handuk barunya tayang di benak.

"Ah iya tadi malem Jia lupa belum kirim gambarnya ke Om. Ih lucu banget tau handuk baru Jia, Om emang harus banget liat minimal sekali seumur hidup. Sayangnya kurang panjang dikit wuuufff. Pas dipake, cuma nyampe paha atas doang. Jia tuh sukanya yang bisa nyampe lutut. Tapi karena ini lucu, jadi nggak apa-apa. Lagian cuma dipake pas di kamar ya Om. Nggak ada yang lihat juga hehehe."

Handuk berwarna merah terang, pasti kontras sekali dengan kulit putih Jia. Janu meneguk ludah susah payah. Visualisasi handuk si kecil yang katanya kependekan sudah terlukis sempurna dalam benak.

"Buruan kirim," desaknya tidak sabar. "Jangan cuma handuknya, sekalian sama yang punya."
Janu tidak mau berakhir kecewa kalau ternyata Jia hanya mengirim foto handuk saja. Jadi sebelum itu terjadi, harus ada tindakan preventif. Belajar dari pengalaman. Anak kecil harus diberi intruksi secara detail supaya tidak salah server.

Baby GirlWhere stories live. Discover now