Part 8 - Siapa yang Tulus?

5.8K 736 210
                                    

Bilang lalala yeyeye yang mampir di lapak ini 👉

Tes semangat dulu. Spam Aaaaaa 👉

Spam nama kamu 👉

Spam nama Shopi 👉

Ada pendukung Alice di sini?

Tandai typo 🤗

Happy reading ♥️

Berhenti berpura-pura seolah semua berjalan sempurna
_____

Adnan dewasa sedih melihat Shopia diperlakukan seperti itu oleh dirinya sendiri. Melihat Shopia dibentak membuat hatinya ikut terluka.

"Rumah gue bukan di sini lagi," cicit Shopia saat Adnan memarkirkan motornya di depan rumah lama Shopia sebelum kedua orangtuanya bercerai.

"Apa?! Kenapa lo nggak ngomong dari tadi!" Adnan marah.

Shopia balas memberanikan diri menatap mata Adnan. "Lo nggak ada nanya."

"Nyusahin aja!" Adnan semakin kesal.

"Kalau lo nggak suka kenapa terima tawaran gue tadi?" Shopia mendebat.

"Demi Alice. Demi kebaikan semua orang," jawab Adnan tanpa berpikir.

Shopia mengalihkan pandangan pada arwah Adnan dewasa yang berdiri tak jauh. Dengan sendiri, kan? Kurang lebih begitu arti tatapan Shopia pada Adnan dewasa.

"Ayo, naik! Rumah lo sekarang dimana?" Adnan meminta Shopia untuk kembali naik ke atas boncengan motornya.

"Lo nggak nanya gue pindah rumah kerena apa?" cicit Shopia pelan, ada nada sedih dalam suaranya.

Adnan terdiam.

"Orangtua gue cerai," bisik Shopia serak. Shopia harap Adnan mengerti kesedihan yang ia rasakan.

"Lo harus bersyukur seenggaknya masih bisa melihat kedua orangtua lo. Lebih menyedihkan gue yang ditinggal mati." Adnan berujar tanpa mau menatap kedua bola mata Shopia.

Bukan kalimat ini yang Shopia harapkan. Hei, ini bukan ajang adu kesedihan. Shopia ingin mendapatkan kalimat penenang dari Adnan.

"Jangan cengeng! Cepat naik, kita pergi sekarang!" suruh Adnan.

"Apa nggak bisa lo bersikap baik sama gue?" tanya Shopia. "Gue cuma butuh seseorang menempuk pundak gue, lalu bilang kamu sudah bekerja keras Shopia dan kamu hebat. Gue cuma butuh dukungan."

Adnan mengusap wajahnya dengan kasar. Ia frustasi mendengar tangisan Shopia.

"Naik atau gue tinggal lo di sini?!" Adnan memberi pilihan. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Dan dia tidak tahu cara menenangkan Shopia.

"Shopia, percaya atau tidak. Dari hari yang paling dalam saya menyesal memperlakukan kamu seperti ini." Arwah Adnan dewasa menjelaskan sikapnya.

Shopia mengusap air mata dengan kasar.

"Gue yakin lo nggak akan berani ninggalin gue," kata Shopia dengan sisa harga diri yang ia miliki.

Adnan menarik satu ujung bibirnya. Menciptakan senyuman sinis. Laki-laki itu menghidupkan motor miliknya, ia gas beberapa kali lalu melaju pergi.

Pergi meninggalkan Shopia.

"Lo bakal nyesal, Adnan," ujar Shopia pada jalanan yang sepi.

"Saya menyesal, Shopia," sahut Adnan dewasa.

Kisah Sedih Di Hari MingguWhere stories live. Discover now