Part 13 - Hilangnya Ketulusan

5.5K 757 339
                                    

Bilang lalala yeyeye yang mampir di lapak ini 👉

Tes semangat dulu. Spam Aaaaaa 👉

Spam nama kamu 👉

Spam nama Shopi 👉

Ada pendukung Alice di sini?

Tandai typo 🤗

Happy reading ♥️

Sekuat apapun kamu
Jika berada dalam titik paling rendah pilihannya hanya ada dua
Menyerah atau lanjutkan.
___<<<___

Dada Adnan dewasa terasa nyeri saat melihat Shopia dihina oleh dirinya sendiri. Shopia berusaha membela diri, namun makian Adnan remaja membuat tatapan kecewa Shopia semakin dalam. Luka itu terlihat nyata.

Posisi Adnan dewasa berdiri di belakang kelompok Adnan versi muda dan Alice.

"Ck." Shopia berdecak.

"Manusia tersampah adalah dia yang membencimu, kemudian menghasut semua orang untuk ikut-ikutan benci." Mata Shopia menatap Alice dengan dalam dan penuh maksud.

Lalu kedua bola mata Shopia beralih pada Adnan remaja dengan binar menantang. "Sedangkan manusia teridiot adalah mereka yang ikut terhasut."

"Sampai sini paham?" tanya Shopia sarkas.

"Berhenti bicara seolah lo yang paling tersakiti! Sejak dulu sampai sekarang lo itu cuma bisa playing victim," tuding Adnan versi muda.

Hati Shopia patah mendengar kalimat menyakitkan itu dari Adnan.

"Lo terlalu naif," tambah Adnan muda.

Mata Shopia berair. Perasaan benci tiba-tiba tersilip di hatinya untuk Adnan. Membuat dia merasa dendam pada laki-laki itu. Mungkin jika membunuh adalah hal yang diperbolehkan akan Shopia lakukan.

Adnan dewasa berjalan cepat dan bergabung dengan kelompok Adnan remaja. "Jangan sakiti dia!" bentak Adnan dewasa pada dirinya sendiri.

Suara Adnan dewasa hanya seperti angin lalu. Tidak ada yang merespons.

"Shopia." Adnan dewasa mendekat pada Shopia. Mata Shopia tidak balas melirik. Hanya kesedihan yang tampak di mata perempuan itu.

"Sayang," panggil Adnan dewasa.

Shopia tidak memberi jawaban apapun. Biasanya Shopia akan melirik. Dan bicara padanya lewat tatapan mata.

"Shopia." Adnan dewasa memastikan sekali lagi bahwa Shopia mendengarnya dengan baik.

Sayangnya tidak ada jawaban dari Shopia.

"Shopia, kamu dengar saya?" Adnan dewasa mulai panik.

Tiba-tiba Adnan dewasa merasa takut perasaan tulus yang Shopia miliki berubah benci sehingga perempuan itu tidak bisa melihatnya lagi.

"Shopia," panggil Adnan dewasa berulang kali.

Adnan dewasa mengerang frustasi.

Shopia tidak boleh membencinya.

Perasaan Shopia tidak boleh berubah.

Shopia harus tetap tulus padanya.

"Seumur hidup gue nggak akan lupa hinaan lo ini, Adnan!" ujar Shopia marah dengan mata memerah menahan tangis.

"Shopia, jangan. Jangan benci saya," bisik Adnan dewasa parau.

"Silakan. Silakan benci gue sepuas lo!" balas Adnan muda.

Kisah Sedih Di Hari MingguWhere stories live. Discover now