"Kamu suka sama cewek itu?" tanya Shopia.
"Kami cuma teman!"
"Sialan." Shopia memaki tepat di depan wajah cowok sialan ini.
"Jangan merasa yang paling tersakiti saat ini, Shopia! Coba lihat dari sisiku. Kemana kamu saat aku sulit?! Kemana kamu saat...
Haaaaai, aku balik lagi karena target di part sebelumnya udah tercapai 😍
Bilang lalala yeyeye 👉
Jangan lupa baca doa sebelum baca 😁
Spam nama Shopia 👉
Spam nama Alice 👉
Spam nama Adnan 👉
Yang semangat ya komennya supaya aku juga semangaaaat 🤗
‼️ Tandai typo ‼️
Happy readiiiing ❤️
Tapi sebelum itu aku mau promosi dulu salah satu karya aku MANTAN TAPI MENIKAH yg di jadikan series. Soon di VIU. Ramaikan di semua sosmed kalian yaa ♥️ 👇
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kehilangan itu menyakitkan, Selagi masih ada jaga dengan baik. _______________
"Untuk nilai praktik prakarya Bapak akan bagi kelompok untuk mempermudah kalian. Satu kelompok terdiri dalam dua orang."
Guru dengan kemeja batik itu mulai menyebutkan nama-nama anak didiknya satu persatu. Hingga tibalah giliran nama Adnan dan Alice disebut, keduanya berada dalam kelompok yang sama.
Adnan yang kini duduk sendiri di kursi belakang menatap punggung Alice lamat-lamat. Perempuan itu duduk bersama Jo menggantikan ia yang tadinya adalah teman satu meja Alice.
"Tugas ini harus selesai akhir bulan. Dan setiap pertemuan kalian harus selalu bawa tugas tersebut untuk Bapak tinjau progresnya" Guru itu melepas kaca mata, lalu ia letakkan di atas meja.
"Saya ingin ganti rekan satu kelompok, Pak," jawab Adnan.
Darah Alice berdesir kuat mendengar jawaban Adnan. Jantung Alice bekerja lebih cepat. Adnan sepertinya sangat ingin menghindar. Ya, memang Alice yang minta. Dia salah. Tapi, sikap Adnan ini melukai hati dan harga dirinya.
Guru itu menatap seluruh kelas dengan bingung. Ia menimbang permintaan Adnan dengan benar."Tidak bisa! Rekan satu kelompok tidak boleh diganti."
Adnan mendesah pasrah. Dan tidak lagi mendebat sang guru.
"Kamu dan Alice tetap satu kelompok," tambah guru itu.
"Iya, Pak," sahut Adnan pelan.
Adnan dewasa yang berdiri di luar kelas ikut menghela napas kasar. Seberapa keraspun dia berusaha mendorong Alice menjauh Tuhan selalu punya cara untuk menyatukan mereka.