Prolog, when only you alive

959 64 38
                                    

Pusara itu bertulis terbaring seorang manusia dengan jarak umur jika dihitung dari tanggal lahir dan tanggal kematian yang tercatat dalam keterangan menunjukkan angka 78 tahun. Meski tak pertama kali ia kehilangan, ia tetap menenggelamkan diri dalam kubangan kesedihan selama beberapa tahun, menyakiti dengan tak berburu, menyesali keputusan tak menjadikannya abadi. Selalu begitu setiap dia kehilangan manusia yang dicintainya, penyesalan, tapi kemudian di lain waktu ketika dia jatuh cinta lagi, dia tetap pada keputusan merelakan darah itu tetap mengalir di nadi pasangannya yang lain.

Yoongi Finn Hunt beku. Dia suka pada manusia yang jantungnya berdetak karena mereka hangat dengan harum semerbak anyir yang membuatnya tak pernah lupa kalau dia adalah monster mematikan. Yoongi tak pernah menggunakan kekuatannya yang bisa mengendalikan emosi itu sebelum ada seorang manusia menemukannya tidur di salah satu dahan pohon tinggi.

"Bagaimana kau bisa berada di atas sana?" katanya, dengan pakaian lusuh dan penuh jejak lumpur.

Biasanya, Yoongi akan pergi begitu saja, entah meninggalkan ketakutan bagi yang melihatnya karena mengira mereka baru melihat hantu; atau mungkin mereka mabuk terlalu banyak minum; tapi, sore itu Yoongi menjawab pertanyaan manusia tersebut, "Memanjat."

"Bisa kau bantu aku naik juga?"

Perempuan itu sepertinya seorang rakyat dari Joseon, mungkin ada peperangan antar daerah disana dan dia lari ke hutan untuk bersembunyi.

"Tidak," katanya, begitu saja kembali memejamkan mata menikmati semilir angin setelah kenyang perutnya menyantap beruang besar di gunung sana.

"Kumohon."

Yoongi hampir menggunakan kekuatannya untuk menyingkirkan perempuan itu dengan mengubah suasana hatinya jadi benci ketika ada pacu suara banyak pasang kaki kuda mendekati kawasan mereka.

"Kumohon, tolong aku, bawa aku ke atas sebentar saja, sembunyi, mereka memaksaku menjadi selir, kumohon!"

Pria itu bahkan bisa melihat dari atas sini kalau kuda-kuda yang cepat berlari di jalanan hutan yang licin itu sudah hampir sampai dan fakta salah satu dari prajurit itu sudah melihat sang puan yang masih memohon pada Yoongi—yang malah lebih berbahaya daripada jika dia dibawa paksa untuk menjadi selir itu.

Entah keputusan sepihak apa yang membuatnya mengatakan, "Dengan satu syarat, pejamkan matamu." Yoongi menyelamatkan manusia itu. Menariknya tanpa kesulitan, mendekap tubuhnya supaya ketika dia melompat ke pohon yang lain, manusia rapuh tak punya keahlian apa-apa dibanding dirinya ini tak tertinggal jatuh ke semak-semak di bawah mereka. "Terus pejamkan mata sampai aku mengizikankanmu membukanya dan jangan bertanya macam-macam."

Sampai beberapa meter jauhnya Yoongi kabur dari satu dahan ke dahan yang lain, ketika akhirnya dia berdiri masih menggendong gadis yang makin erat mendekap di tubuhnya itu, dan ketika dia merasakan jantung lain berdetak kencang, dia secara tak sadar memperbolehkan manusia itu membuka matanya.

Cantik. Bola matanya yang sayu menyampaikan ribuan terima kasih karena dia sudah menyelamatkannya. Untuk pertama kalinya dalam setengah abad Yoongi abadi itu, dia jatuh cinta.

"Siapa namamu?"

Yoongi menggunakan kekuatannya, melingkupi dua makhluk yang berbeda di pohon itu dengan perasaan nyaman, membuat sang gadis nyaman berada dekatnya, mau berada di dekatnya, ingin berlama-lama bersamanya. Yoongi egois, satu tahun kemudian, dia menggunakan kekuatannya lagi kini untuk membuat sang puan jatuh cinta juga padanya.

"Kau tahu siapa aku, kan?"

Perempuan itu duduk di kursi rumahnya yang kecil. Dia tinggal sendiri sejak seluruh keluarganya dibunuh malam itu ketika dia kabur menolak dijadikan selir kepala kabupaten setempat.

HuntevereeWhere stories live. Discover now