19. kiss under the autumn leaves

148 42 33
                                    

"Aku menahan untuk tidak bertanya apa yang sebenarnya sedang kau lakukan selama pergi? Sekarang lebih daripada seminggu, kau baik-baik saja?"

Apa yang lebih baik daripada disambut dengan pelukan hangat ketika kau datang. Harusnya jika Yoongi manusia, dia bisa tunjukkan bentuknya dengan bawah mata menghitam karena kurang tidur, pipi cekung, tubuh mengurus karena tidak berburu manusia kesukaannya, kelelahan, baju kotor penuh lumpur; tapi sayangnya dia bukan manusia yang membutuhkan istirahat. Wajah dan penampilannya tampak baik-baik saja, ia tak bisa mengatakan pada Elle betapa sulit kegiatannya akhir-akhir ini.

"Bukannya beberapa malam yang lalu aku datang? Kau yang tak menginginkanku," goda pria itu, pura-pura tak melakukan kecurangan dengan kekuatannya.

Ellena menelan salivanya dengan tatapan marah, tapi juga sedih, dan kecewa sebelum memeluk erat leher pria itu. "Kau tahu aku tak membencimu."

Yoongi terkekeh, kepalanya menunduk lalu mengecup bahu sang puan. "Ya?"

"Ya. Oh, Tuhan, Yoongi Finn, kau menyebalkan. Meninggalkanku dengan perasaan bersalah. Jadi jujur padaku supaya aku tak marah, apa yang kau lakukan sebenarnya selama ini?"

Tergelak kemudian pria itu. "Latihan kemiliteran, inginnya Seokjin jadi kami semua melakukannya. Aku baru kembali dari Cordell setelah beberapa hari berada di Galbraith," gumamnya, meski begitu senang disambut pelukan, ia cuma memberikan satu tangannya untuk mengusap-usap punggung sang puan, seperti dia tidak merindukannya sebanyak itu padahal berusaha keras menyelesaikan latihannya dan membantu yang lainnya pula supaya kegiatan mereka cepat selesai dan ia bisa kembali ke Everee. "Jangan marah, malam itu aku kabur, jadi tak punya banyak waktu untuk mendengarmu."

Ellena mengedikkan bahunya dengan lemas. "Tapi aku betulan merindukanmu, aku tak membencimu sama sekali."

"Aku percaya."

Gadis itu menarik dua sudut bibirnya ke bawah lalu memeluk sesaat tubuh prianya sekali lagi. "Jadi... militer, huh? Sebelumnya tidak begitu."

"Makanya mereka semua lemah," ucapnya lalu tertawa tanpa rasa bersalah.

Elle mengangkat kepalanya lalu mulai membawa jemarinya merapikan surai hitam pria yang seperti biasa tampan duduk di jendelanya. "Musim gugur hampir selesai, kupikir kau tak akan kembali. Kupikir kau memikirkan ucapanku yang entah, sepertinya aku sedang mabuk."

Sementara Yoongi bergerak menyapukan jemarinya di sepanjang pipi gadis itu, menyeka air matanya yang suka sekali turun karena dirinya. "Kasihan sekali, tupaiku ini."

"Tupai?!"

"Warnamu merah, seperti tupai," jelasnya lalu terkikik lagi.

"Panggilan kesayangan biasanya seperti sweetie, petal, darling, bunny, ini squirrel?"

Yoongi menaikkan alisnya, menggaet pinggul gadis itu supaya mendekat kepadanya. "Lalu apa? Sciurus vulgaris?"

"Sebutan aneh apalagi itu? Aku tidak percaya denganmu."

Lalu pria itu tertawa. "Rue, saja. Rue."

"Itu memang namaku."

"Kau juga suka memanggilku hanya Finn."

"Kalau begitu 'darling'?"

Pria itu bergidik geli mendengarnya. "Oke, Elle saja."

Ellena mengepalkan tangannya lalu memukul bahu pria itu. Tidak ada rasanya pasti meskipun pukulannya dahsyat. Tapi tidak, ia tidak ingin menyakiti prianya sedikitpun meski sangat kuat. "Terserahmu, deh. Mendengar suaramu saja aku sudah bersyukur."

HuntevereeWhere stories live. Discover now