2. be the only one who's on the right path

298 53 54
                                    

Siapa yang belum vote di chapter sebelumnya?? Jangan lupa tekan vote di chapter sebelumnya dan chapter ini juga ya ^^

Coba tebak siapa nama Elle sebelum baca chapter inii hahaa

Ada 3,5k words karena 2 chapter aku jadikan satu, tapi kayanya tetep sebentar bacanya

Happy reading ♡

"Taehyung, apakah kalian semalam jadi berburu?" tanya seorang gadis yang sedang melangkah bersama pria pucat menjulang tampan di sampingnya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Taehyung, apakah kalian semalam jadi berburu?" tanya seorang gadis yang sedang melangkah bersama pria pucat menjulang tampan di sampingnya itu.

Sekolah baru usai pukul 3 sore. Taehyung dan gadis Everee itu berada di satu kelas yang sama. Iya, gadis Everee mantan sahabat Jungkook yang sudah sepenuhnya diabaikan, kini menjadi teman Taehyung karena mereka sering satu kelas di highschool. Kali ini namanya betulan Everee, entah bagaimana dia menangis memohon pada orang tuanya untuk menambahkan nama belakang 'Everee' itu supaya, "Namanya terdengar bagus, bukan?" Lalu Jimin menimpal, "Kau sesenang itu lahir di kota antah berantah ini?"

"Gigiku datar, kan?" balas pria itu kemudian meringis menunjukkan dua taring giginya yang normal—karena akan meruncing ketika dia lapar dan merasa terancam saja.

Everee mengedikkan bahunya. Dia bertanya begitu sebenarnya bukan mengkhawatirkan Taehyung karena setidaknya cuma pria itu yang waras, paling ahli mengatur dahaga dan tak pernah melontar candaan ingin mengisap darahnya. "Saudara-saudaramu."

Sementara pria itu tertawa mengetahui masih ada sisa ketakutan yang dirasakan gadis itu dan merupakan kabar bagus sebenarnya bahwa dia takut ada di dekat mereka. "Kenyang." Begitu saja pria itu membukakan pintu mobil bagian penumpang Audi-nya dan si Everee menyungging senyum masuk ke dalam.

Lima menit perjalanan dilalui mulai dari daerah rumah padat penduduk warga sampai di jalanan hutan rimbun yang akan mengantar ke hunian Hunt tinggal. Disana cahaya matahari tertutup daun pepohonan yang tinggi-tinggi menjulang, basah, lembab, cocok untuk mereka tinggal karena tak banyak sinar matahari dan jarang dilalui orang-orang.

Sebuah rumah gaya kontemporer yang minimalis 3 lantai berdiri. Bukan ketakutan mereka menyembunyikan diri baik dari tatapan manusia atau sinar matahari, rumah itu banyak menggunakan jendela kaca besar-besar, langsung menyuguhkan pemandangan pepohonan yang ramai. Dominasi kayu, warna dengan nuansa keindahan elemen alam, untuk memberikan kesan hangat. Rumah itu juga seperti museum, mulai dari banyak lukisan-lukisan lama koleksi Namjoon, benda-benda yang mempunyai nilai seni dengan harga selangit, sampai perpustakaan yang penuh buku orisinil di tahun itu diterbitkan.

Itu yang membuat si gadis Everee suka pergi ke rumah mereka, betah menghabiskan waktunya untuk baca buku sampai alarm yang dia atur di ponsel tuanya sendiri berdering tanda waktunya untuk pulang. Kenapa bukunya tidak dipinjam saja? Terakhir dia meminjam buku genre fantasi milik Namjoon tahun 1815, buku itu hilang—sudah 3 buku hilang, ditemukan di atas truk pembuangan, lalu dia tanya siapa yang melakukan itu, ayahnya menjawab, "Kukira itu sampah."

HuntevereeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang