epilog, when i have you by my side

146 37 19
                                    

Aku belum tahu apa yang ingin kucapai di umur yang tidak akan berhenti dalam 3 atau 5 abad ini; seperti Madeline yang masih bersemangat mengejar karir di gedung-gedung pencakar langit Seattle, Seokjin dan Anne yang senang menolong orang di rumah sakit, Namjoon yang suka bereksperimen meski ia tak bisa memublikasi temuannya, Hoseok yang mengajar sastra, dan Jungkook yang mencoba banyak hal untuk mencari kelemahannya karena dia pikir dia bisa melakukan semuanya dengan sangat baik.

Aku terbangun di sebuah ruangan dan suasana yang tak asing yang membuatku bersyukur pertama kali menyadarinya. Merasakan seluruh bagian tubuhku sangat sehat dan tak pernah sehebat ini aku merasa bahagia sudah dilahirkan ke dunia.

Suara Madeline yang berseru senang, menyambut kelahiranku dan mengucapkan selamat terdengar sangat lucu. Begitu pula Anne, lalu Jimin yang membuktikan ucapannya bahwa diriku benar akan digigit, Hoseok, Namjoon, Jungkook yang tak sabar mengajakku bermain lagi, dan Taehyung yang meminta izin untuk memelukku. Entah aku terlalu senang dengan apa yang berlangsung saat ini tapi kemudian kepalaku terasa pusing, perutku mual, menyadari ada satu hal yang kurang, satu-satunya yang kutunggu di ujung terowongan yang terang ini. Dimana Yoongi Finn?

"Ellena Rue...?"

Itu cuma seperti bisikan yang terbawa embusan angin, tapi begitu jelas di telingaku, kepalaku menoleh, keluar dari pelukan Taehyung dan aku bisa merasakan seluruh indera yang kumiliki lebih tajam daripada kemampuanku selama masih manusia, aku bisa merasakan kehadirannya dari beberapa mil; Madeline mengatakan pria itu sedang berburu, beberapa hari ini menggunakan kekuatannya untuk menyingkirkan rasa sakitku; lalu akhirnya sosok yang kupikir tak bersamaku muncul dari dalam hutan.

"Ellena?"

Aku ingin menangis, menunjukkan betapa berharga hidupnya dalam kehidupanku. Pria itu tampak sangat sehat, tampan, dengan rambut yang panjangnya lebih dari telinga, dalam kemeja hitam yang bagian lengannya dilipat sampai siku. Entah siapa yang mendekat tapi aku akhirnya bisa merasakan berada di dalam dekapannya lagi. Wanginya yang kurindukan, sangat memabukkan, tubuhnya, sentuhannya di atas kulitku, eksistensinya; dan ketika ia memintaku mengangkat kepala dengan menyentuh lembut daguku, tidak ada tekanan sama sekali yang kurasakan mungkin karena aku sudah tak serapuh dulu, lalu bertemu dengan iris merahnya, turun, melihat kerutan yang muncul, lalu menemukannya tersenyum lebar sekali.

Bukannya sambutan seperti para Hunt yang kudapatkan, melainkan, "Did I hurt you, Ellena?"

It's ridiculous. Aku terkekeh, harusnya dia tahu bahwa aku bisa melihatnya lagi dalam wujud paling indah ini adalah satu-satunya yang kusyukuri. Bahwa aku tak memperdulikan impian-impianku karena sebagian besar itu sudah terwujud karena isinya hanya dia dia saja. Jemariku bergerak menyapu pipinya, menangkup rahangnya lalu menghadiahi kecupan di atas bibirnya yang merah. "I don't even remember what actually happened except you right now, Yoongi Finn, it's fantastic and beautiful. I feel alive."

"You are, My Lady."

Aku sudah cukup melihatnya dalam iris biru yang menyejukkan, rasa sakit, tangis, dan kehilangan; iris merah itu, yang kini persis seperti milikku dan Hunt yang lain, dan segala jenis makhluk bersuhu dingin, Ellena cantik sekali.

Meski kemungkinan kini bukan hanya aku yang dibutuhkan dalam hidup barunya melainkan pemujaannya pada darah, Ellena mungkin tak buruk untuk kujadikan teman berburu. Entah apa rasa anyir kesukaannya nanti, apakah menjadi sepertiku yang mengincar makanan di kota, atau seperti para Hunt yang melabeli diri mereka sebagai vegetarian karena hanya minum darah hewan.

Tapi mau bagaimanapun bentuknya gadis itu selalu indah di mataku. Aku tak sabar menunjukkan hari-hari panjang yang menyenangkan padanya, sekarang tak sendirian lagi, tak sampai aku pernah berpikir akan ada seseorang yang menemani hidup abadiku. Rasanya prioritas Hunt yang kujadikan nomor satu dalam daftar orang-orang yang harus selamat bergeser begitu saja, menjadikan perempuan ini satu-satunya yang harus terus tersenyum dan berisik supaya hidup kami tak membosankan. Ellena akan menghabiskan waktunya tenggelam dalam rasa penasarannya yang tinggi dan aku cukup percaya diri karena sudah hidup lebih lama darinya dan membaca banyak buku pengetahuan tentang apapun untuk menjawab pertanyaan-pertanyaannya.

Yoongi menundukkan kepalanya, tangannya bergerak menyentuh pinggul sang puan, menghapuskan jarak karena sudah cukup bagi mereka terpisah dan seberapa besar trauma yang mengerikan. Bibir mereka bersentuh lembut, tapi Ellena tampak tak suka dengan bagaimana pria itu memperlakukannya seperti manusia tak berdaya. "Mmghh!" Yoongi terkekeh, terkejut untuk pertama kalinya Ellena menunjukkan betapa kuat dirinya sekarang dengan menekan tengkuknya supaya tidak terlalu tinggi gadis itu menjangkau dan makin dalam lumatan-lumatan manis mereka. "Aku mencintaimu, Ellena-ku, Ellena Rue Hunt Everee."

Gadis itu terkekeh mendengar belakang namanya ikut diubah seperti mereka sudah menikah, meski dalam kondisi sebenarnya, ya, mereka bisa kapan saja melakukan itu. "Hunt Everee?" Ellena benar-benar tak bosan berada dipelukannya, Yoongi seperti morfin yang dapat memabukkan maupun menyembuhkan. "Aku sangat sangat mencintaimu, Yoongi Finn, kau tahu itu, selama-lamanya; kau dikutuk untuk mencintaiku selama-lamanya."

- T A M A T -

a  lot of love from
s u n s e t i n d a e g u

HuntevereeWhere stories live. Discover now