ALAGAN [13]

36.8K 1.9K 93
                                    

Bagian 13

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bagian 13

Selepasnya dari sekolah, Alaka langsung disibukkan dengan kardus berisi barang-barangnya dari kepindahannya tempo lalu. Seingat Alaka, ia pernah memiliki ular mainan. Tepatnya saat ulang tahun yang ke 17, Papanya itu mengerjai Alaka dengan ular mainan. Katanya si semacam surprise.

"Kamu ngapain si Al, sibuk banget. Cari apaan? udah makan belum? tuh Mama udah masak, makan dulu gih," tegur Silla yang kebetulan melewati kamar putrinya itu.

Alaka yang masih membongkar kardus lainnya menoleh. "Eh, Mama. Enggak ini aku lagi cari buku catatan."

"Ya sudah, jangan lupa makan lho," pesan Silla sebelum pergi menuju dapur. Sepertinya wanita itu akan membersihkan peralatan masak yang tadi dia pergunakan.

"Siap, Bu bos."

Setelah sejam mencari, Alaka berhasil menemukan ular mainan itu. Syukurlah benda itu tak terbuang, jadinya sekarang bisa Alaka bergunakan, tanpa dia harus membeli yang baru. Setelah di cek, benda tersebut masih berfungsi. Sungguh Alaka jadi tak sabar ingin mengerjai Argan besok. Kapok enggak ya tuh cowok?

Bunyi nada dering dari ponselnya, membuat pikiran Alaka teralihkan. Senyumnya merekah, saat melihat siapa sang penelepon.

"Halooo Pa, apa kabar? Aku kangen," serbu Alaka setelah menekan ikon hijau.

Di ujung sana, Pria paru baya itu tersenyum. "Baik, Papa juga kangen sama putri manja Papa ini."

"Ih apaan sih. Enggak ya!" decak Alaka, nada suaranya seakan kesal, namun senyum gadis itu tak kunjung memudar.

"Haha, ya sudah. Sekolah gimana?"

"Baik Pa, seperti biasa," jawab Alaka sambil mengganti posisi duduknya dengan bersila.

"Try out minggu lalu lancar?" tanya Rian di ujung sana.

"Lancar."

"Bagus."

"Papa kapan pulang?"

"Bulan depan Papa baru bisa pulang."

"Lama banget. Papa di sana kerja apa?"

"Sekarang ini, Papa kerja jadi pelayan di restauran temen Papa."

"Pasti capek." Alaka mengigit ujung jemarinya. Ia jadi membayangkan selelah apa Papanya bekerja di sana.

"Namanya kerja, enggak ada yang enggak capek. Kamu ini ada ada saja."

Reflek Alaka mengangguk, seolah mengiyakan. Yang padahal percuma, karena Rian tak mungkin melihatnya.

"Gimana Mama jualannya hari ini?" tanya Rian lagi.

"Lumayan si Pa, udah tinggal sedikit."

Kalau kalian ingin tau, sekarang ini Silla berjualan gado gado dan nasi uduk untuk biaya makan ia dan putrinya sehari-hari.

ALAGAN || Musuh Tapi DatingWhere stories live. Discover now