ALAGAN [50]

31.1K 846 302
                                    

Bagian 50

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bagian 50

Sudah tiga hari sejak penangkapan Argan tempo lalu. Bi Atun dan Mia bersembunyi apartemen cowok itu, sependengar Bi Atun pun persidangan anak bosnya dilakukan dua hari lagi. Jujur hatinya masih tidak rela, harus anak itu lah yang berkorban.

Namun melihat kondisi Mia pun Bi Atun ikut teriris. Sepanjang 3 hari ini Mia menolak makan, nasi serta minum yang Bi Atun antar ke kamarnya selalu berakhir utuh. Wanita itu hanya duduk diam dekat jendela balkon, memeluk lututnya sendiri dengan pandangan kosong.

Ya Tuhan, kapan kah kebahagian menghampiri sepasang anak dan ibu itu?

Mengapa penderitaan mereka tak kunjung berhenti?

"Nyonya..."

Untuk sekian kalinya, Bi Atun mengantarkan makanan ke kamar Mia. Kali ia mencoba membawakan menu berbeda yaitu Bubur ayam dan teh hangat. Siapa tahu, nyonya itu mau makan meski hanya sedikit.

Meletakan makanan itu di sisi meja, Bi Antun lantas melangkah menuju balkon dan berjongkok di hadapan Mia.

"Nyonya, ayo makan siang dulu. Saya buatkan bubur untuk Nyonya."

Mia tetap bergeming, melirik Bi Atun pun enggan. Hal ini membuat Bi Atun menghela napas sedih.

"Jika nyonya tidak mau makan seperti ini terus. Nyonya bisa sakit, Den Argan pasti sedih jika tau nyonya begini." Dengan penuh kelembutan Bi Atun membujuk, ia bahkan mengusap-usap pelan tangan sang Nyonya.

Mia tertegun mendengar nama putranya disebut. Perlahan ia mendongak menatap Bi Atun nanar, kilau beling di matanya berembun perasaan sesak kian menderanya.

"Bi...."

"Ya nyonya?"

Mia mencengkram kuat tangan Bi Atun, tubuhnya bergetar. Bulir-bulir kristal bening itu luruh dari pelupuk matanya.

"Apa saya masih pantas menjadi seorang ibu?"

Bi Atun mengangguk sigap, ikut membalas genggaman tangan wanita itu. "Tentu saja nyonya."

Mia menekan dadanya yang sesak, tangan satunya bergerak mengeluarkan selembar kertas berisi gambar yang dulu anaknya lukis.

"Nyonya..."

Air mata Bi Atun luruh, melihat gambar lukisan itu. Nampak telah usang, ditambah kertas itu yang sebenarnya telat sobek tapi disolasi kembali.

"Dia sangat menyanyangi ibu sekejam aku Bi---dia bahkan masih menyimpan ini?" Mia menjambak rambut kencang. "Padahal aku yang telat merusaknya, aku yang terus menyakitinya sejak kecil. Tapi---kenapa dia tak membenciku?!"

"Kenapa?!" Mia meraung penuh kesakitan. Air matanya kian mengalir teras kala ingatannya terlempar ke masa lalu.

"Mama!"

ALAGAN || Musuh Tapi DatingWhere stories live. Discover now